*عندما لا ندري ما هي الحياة، كيف يمكننا أن نعرف ما هو الموت.*
Ketika kita tidak mengetahui apa itu arti hidup ,maka bagaimana kita mengetahui apa itu mati ?
(AL HIKAM )
Siapa yang bisa menghargai kehidupan maka ia akan bisa mempersiapkan kematian , tetapi siapa yang tidak mengetahui arti sebuah kehidupan maka ia akan mati dalam keadaan suul khatimah .
Hidup hanya sekali maka hiduplah yang berarti begitulah salah satu falsafah hidup yang di tanamkan oleh Kyai Gontor kepada para santrinya .
Hidup kita bukan hidupnya hewan dan mati kita juga bukan matinya kayu yang tidak ada pertanggung jawabannya .
Hidup jangan sekedarnya karena hidup ini aqidah dan perjuangan .
Kalau hidup hanya sekedar hidup babi di hutan juga hidup , kalau hidup hanya bikin anak maka kambing juga buat anak ,kalau hidup hanya sekedar memberi makan anak lalu tugas kita menjadi selesai ,makan hewan lebih sanggup untuk membesar anak - anaknya .
Hidup seorang pemuda itu dengan ilmu dan ketaqwaan dan andai dua itu tidak menjadi perhiasaan seorang pemuda ,maka 4 takbir lebih baik untuknya atau ia lebih mati karena hidupnya seperti matinya dan adanya seperti tiada .
Hidup adalah ujian dari Allah apakah ia menjadi sarana menambah pahala dan penggurang dosa
Allah berfirman ;
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji siapa diantara kalian yang terbaik amalnya”. [QS. Al-Mulk:2]
Dan kematian adalah sebuah kepastian bagi mereka yang hidup , ia adalah pintu dimana setiap orang akan memasukinya dan ia adalah gelas dimana setiap Insan akan mengecapnya .
KH Ahmad Sahal berkata : Berani hidup berani mati ,takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja .
Hidup itu sebenarnya mati dan mati itu adalah kehidupan yang haqiqi karena disanalah semua rahasia kehidupan diungkap dan disitulah setiap amal akan mendapatkan buahnya .
Larilah dari kematian sekuat kakimu berlari , karena ia pasti akan menemuimu apakah engkau siap atau tidak
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
Umar bin Abdul Aziz berkata :
AKU TIDAKLAH PERNAH MELIHAT SUATU YANG YAKIN KECUALI KEYAKINAN AKAN KEMATIAN. NAMUN SANGAT DISAYANGKAN, SEDIKIT YANG MAU MEMPERSIAPKAN DIRI MENGHADAPINYA.”
Berjuang mati dan tidak berjuangpun mati maka pilihannya adalah berjuang sampai tetes darah penghabisan
Shalat mati dan tidak shalat juga mati ,maka pilihannnya hanyalah shalat sebelum di shalati .
Orang yang cerdas bukanlah mereka yang berderet gelarnya tetapi dia yang jika malam datang ia persiapkan dirinya dengan ketaqwaan karena ia tidak tahu jika malam datang ,maka apakah ia masih bisa menatap matahari esok hari , itu semua karena ia melihat tidak sedikit dari sahabatnya yang sedang asyik mengejar dunia tetapi dunia meninggalkannya .
Jadilah mukmin yang cerdas …
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).
.
*Barakallahu Fiikum*