Karya Alm : Baihaqi Abdul Madjid
Mungkin tidak perlu kita hitung2 jumlahnya, yang datang menjadi tamu reuni 212, karena kalau kita hitung jumlahnya akan terus mengundang perdebatan. Ashabul Kahfi, kisah 7 pemuda dg seekor anjing pun sampai saat ini masih belum dipastikan berapa pasti jumlahnya.
Lebih baik kita menghitung berapa banyak rahmat Allah SWT yang diturunkan dari langit dan bumi sehingga tamu jamaah 212, begitu diberkati, dan dengan begitu kita menjadi manusia dan hambaNya yang banyak bersyukur. Rasa syukur akan melipatkan lagi rahmat Allah SWT berikutnya. Jumlah rahamatNya pasti sangat banyak, sampai-sampai tak bisa kita menghitungnya dengan angka. Karena rahmat 212 itu di abad ini telah menampakkan bahwa agama tauhid itu begitu indah, akhlaq ummat Nabi Muhammad SWT begitu tinggi derajat.
Kalau kita menghitung jumlah manusia yg hadir pasti akan ada yg saling bantah. Orang buta pasti mengatakan tak ada satu pun manusia di Monas pd hari Ahad, 2hb Desember 2018. Orang rabun, mungkin menghitungnya hanya 400 ribu orang saja. Orang sakit mata mungkin akan mengatakan 1 juta orang. Anak kecil mungkin menyebut 4 juta orang. Orang sakit jiwa bisa mengatakan itu yang datang 12.000 orang. Bahkan yang tidak sanggup menolak peristiwa 212 walau matanya normal tetap ngotot jumlahnya hanya ratusan ribu orang. Para ahli dan pakar yg punya metodelogi menghitung akan mengatakan jumlah mencapai 12 sd 13 juta manusia yang mengular dlm seluruh area yang menampung jamaah 212.
Apalagi kalau berpedoman pada media MetroTvu, cs pasti pada hari Ahad itu tak ada satu orang pun di Monas yang dipertontonkan, begitu juga kalau di baca di Koran Kompas dan sebangsanya jelas, tak ada satupun jamaah 212 yang terlihat. Kecuali media TVOne yang terlihat memberikan informasi yang lebih akurat dan apa adanya. Dan koran Republika menuliskan ada samudera manusia jamaah 212 yang begitu banyaknya.
Jadi, walau jumlah manusia yg banyak tak akan membuat kita jumawa dan sombong karena semuanya digerakkan Allah SWT, bukan digerakkan oleh manusia. Apalagi digerakkan oleh orang yg begitu mudahnya mengatakan hamba Allah SWT yang lain sontoloyo, atau pengikutnya yang begitu lancar bicara bahasa makhluk halus genderuwo. Hukum sunnatullah, tidak mungkin genderuwo yg sejenis makhluk jin yang bukan golongan jin Islam mampu menggerakkan hati, pikiran, transaksi infaq/shadaqh, langkah dan organ2 jasad manusia sampai Monas, Jakarta.
Tak bisa juga manusia sejumlah itu digerakkan oleh karena kebencian kepada satu kaum dan golongan yg suka menganiaya dan dhalim kepada golongan ummah. Hanya dengan kudrah dan iradah Allah SWT saja yg bisa mengantarkan pesawat, bus, mobil pribadi, sepeda motor dan langkah kaki manusia sampai ke jalan-jalan di pusat kota Jakarta, Monas pada jam, hari, tanggal 212 dengan damai dan aman. Dan dengan kudrah dan iradahnya juga para yg memusuhi jamaah 212 hatinya gentar. Ketakutan yg luar biasa. Bendera tauhid yg mereka bakar dan mereka benci, dari seluruh jalan-jalan menuju Monas berkibar dan membentang di langit Jakarta.
Pembenci bendera tauhid yg dipelihara, lidahnya kelu dan dadanya sesak. Mata kedap kedip, terpaksa pakai kaca mata hitam agar tak terlihat aslinya. Pembenci membakar dirinya dengan amarah dan kebenciaan. Sedangkan kekuatan cinta, dalam jamaah 212 telah meluruhkan semua ego dan karakter yang mementingkan diri sendiri. Mahabbah begitu terasa merasuki semua relung hati para utusan yang datang dari seluruh penjuru bumi. Persaudaraan, terasa saling merindukan sambil mengenang 212 sebelumnya yang lebih kurang suasana pressure masih sama dari penguasa. Inilah kasih sayang Allah SWT yang dicurahkan dalam dada ummat Rasulullah SAW. Wallahualam bissawab.