Dunia penuh tipu daya, persoalan dan polesan terus meraja lela untuk kepentingan pentas demokrasi, Ketika pencitraan mulai di mainkan untuk kelompok atas nama rakyat, maka kehancuran akan nyata sebagai mana pengalaman sebelumnya, penjilat bersuara tuan/nyoya senang , ketika pebangkang bersuara maka tuan/nyoya dan pengikut marah .
Disinilah jebakan pemain yang me agung-agung kan tua/nyoya demi posisi dalam kepentingan dan pentas demokrasi tuan/nyoya ya , bukan uang yang utama tapi kapasitas dan SDM yang mampu memimpin di kemudian hari yang lebih utama, kalau hanya kata pasti tidak logika ketika fakta semua berobah tidak sesuai rencana, blusukan politik bumerang bagi kemakuran rakyat hasil fakta bukan retorika, silahkan berkaca.
Memang benar segalanya perlu uang tapi ada tempat dimana kedudukan itu perlu, namun dalam memimpin sebuah daerah perlu bekal ilmu dan tata cara baik etika, moral dan sumber daya Manusia yang matang bukan saja mampan Finansial, karena membawa suatu kesejahteraan bukan seenak bahasa tapi perlu konsep yang mapan dalam ilmu pegetahuan.
Kekurangan kita hari ini semua fenomena yang telah kita lihat, lebi-lebih pada pola pribadi masing-masing lupa akan mensensor arah pemimpin yang bagai mana kita pilih dan angkat untuk memimpin umat , memang semua orang punya pilihan namun setiap kita harus memikirkan masa depan umat dan pemimpin umat yang terarah dan terukur.
Maka Jangan sampai kepetingan pribadi atau kelompok kita agungkan yang tidak pantas dan kita korbankan rakyat saat sudah menang, karena permain pasti tim sukses yang dapat orang sekitar dan lawan pasti di kemudiankan"ini fakta.
Dari kesekiam pesta demokrasi sudah saatnya kita semua elemen masyarakat mengangkat atau usul bahwa wakil rakyat atau pemimpin umat yang benar-benar mampu membawa perubahan bagi agama dan bangsa bukan mampu membawa kekayaan sanak saudara ,pribadi dan kelompok.
Memang ini tidak mustahil siapa saja namun untuk yang luar biasa mari kedepan cari solusi yang benar-benar pemimpin merakyat, bukan pemimpin pencitraan sebelum ke kekuasaan dan lupa saat sudah dalam jabatan.
Hari ini sudah waktunya pemikir dan tokoh bersatu melahirkan pemimpin untuk rakyat, bukan pemimpin otoriter yang haus jabatan untuk kepentingan mengatas namakan rakyat.
Cukup masa lalu kita rasakan, memaksakan sesuatu yang bukan kapasitas maka akan hilang intergritas bagi rakyat.
Suasana perpolitikan dari zaman ke zaman pasti beda apalagi zaman digital yang harus cerdas karena kemajuan dan arus demokrasi makin tajam.
Semoga saja para penyanjung tua dan pengusung di pilkada tahun 2022 lebih bijak karena setiap pentas demokrasi pasti ada yang maju dan di khianati.waspadalah pengkiatan akan di depan dan yang mengusung akan di tinggalkan, apalagi pekerja di dilapangan pasti di campakkan..
Semoga lahir pemimpin bagi rakyat yang merakyat di masa akan datang. senantiasa tuan-tuan penyanjung dan pembisik bila menang tidak lupa bagi rakyat .
Karya
Azhari ketua Gamna Bireuen