Blangpidie adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Atjeh Barat Daya, Blangpidie merupakan ibu kota Kabupaten Atjeh Barat Daya. Kota Blangpidie berada pada bagian selatan pesisir Barat Atjeh, dan dilewati jalan raya yang menghubungkan Bandar Atjeh – Medan, yakni sesudah Meulaboh dan sebelum Tapak Tuan.
Banyak orang yang salah mengenali kota dagang ini sebagai Pidie, hal yang mungkin disebabkan oleh nama akhir yang sama dengan yang dimiliki oleh “Pidie” sendiri. Kata Blangpidie yang dulunya bernama Kuta Batee berasal dari dua kosakata, yaitu Blang (Bahasa Atjeh Sawah) dan Pidie (Salah satu kabupaten di Atjeh).
Menurut Sejarawan , dinamakan Blangpidie karena Blangpidie memiliki banyak sawah (blang) dan merupakan kota dagang layaknya Pidie. Sedangkan menurut tokoh Atjeh Barat Daya H.K. Nyak Abbas SB (Mantan Keuchik Keude Siblah ) nama Blangpidie dikarenakan daerah ini terdapat banyak sawah orang-orang Pidie, yang merupakan masyarakat awal pantai selatan Atjeh.
Sejarah Teungku Peukan
Teungku Peukan merupakan pahlawan kemerdekaan dari kabupaten Atjeh Barat Daya. Dia dilahirkan pada tahun 1886 di Sawang, Atjeh Selatan dan lama menetap di Manggeng, Atjeh Barat Daya.
Dia adalah salah seorang ulama terkemuka di daerah Manggeng. Orang tuanya Teungku Adam juga seorang ulama yang dikenal dengan sebutan Teungku Padang Ganting yang berasal dari daerah Alue Paku, Atjeh Selatan. Sedangkan ibunya bernama Siti Zulaikha.
Perjuangan
Pada malam menjelang peperangan dengan colonial Belanda, Teungku Peukan dan pasukan nya terlebih dahulu melakukan ritual wirid dan zikir (serah diri ) kepada Tuhan di sebuah meunasah (mushalla) Ayah Gadeng, Manggeng. Setelah ritual tersebut selesai dilaksanakan, Teungku Peukan memerintahkan pasukannya menuju markas Belanda regional Blangpidie (sekarang Asrama Kodim 0110 Atjeh Barat Daya) di Blangpidie dengan menempuh berjalan kaki sejauh 20 km.
Pada penyerangan ini juga dihadiri oleh salah seorang putra dari Teungku Peukan yang bernama Teungku Muhammad Kasim yang dikenal dengan sebutan “Teungku Tahala”. Menjelang fajar memasuki malam Jumat pada tanggal 11 September 1926, pasukan Teungku Peukan pun tiba dan beristirahat sejenak di bale (balai) Teungku Lhoong Geulumpang Payong, Blangpidie.
Pada saat itu Teungku Peuka nmembagi 3 sektor penyerangan dan dibantu oleh Said Umar, Waki Ali, dan Zakaria Ahmad yang dikenal dengan nama Nyak Walad. Penyerangan dilakukan pada saat menjelang subuh, sehingga serdadu Belanda kaget dan kocar-kacir. Pada penyerangan itu banyak serdadu Belanda yang tewas.
Gugur
Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan, Teungku Peukan mengumandangkan azan di sebuah menasah dan di saat itulah seorang tentara Belanda melepaskan 1 tembakan yang membuat Teungku Peukan meninggal. Teungku Peukan meninggal pada hari Jumat, 11 September 1926.
Dalam kejadian itu Teungku Tahala putra dari Teungku Peukan menjadi emosional dan menyerang serdadu Belanda. Saat itu pula Teungku Tahala meninggal dalam pertempuran. Ada beberapa pejuang yang selamat dalam pertempuran itu, yaitu Pang Paneuk dan Sidi Rajab. Dalam peristiwa tersebut atas ini siatif Teungku Yunus Lhong jenazah Teungku Peukan dan 5 peujuang lainnya (termaksut putra dia) di makamkan di depan Masjid Jami’ Baitul ‘Adhim Blangpidie.
SENI BUDAYA DI BLANGPIDIE
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Penganut Islam pasti tidak asing dengan Maulid Nabi, yakni peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk m emperingati hari besar bagi umat Islam ini. Seperti halnya diblangpidie Kabupaten Atjeh Barat Daya juga mengadakan acara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad.
Maulid Nabi sering diadakan pada setiap tahun jatuh pada bulan Rabiul Awal. Beberapa daerah ada yang merayakannya bertepatan dengan tanggal tersebut. Jika teman-teman mengunjungi Blangpidie Kabupaten Atjeh Barat Daya di bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, pasti akan menjumpai kemeriahan yang dilakukan warga dalam memperingati Maulud Nabi.
Masyarakat Blangpidie Kabupaten Atjeh Barat Daya memperingati Maulud Nabi dengan membuat “panjang Maulid”. Biasanya “panjang” ini berbentuk kapal atau masjid, namun bias juga bentuk-bentuk lain. Panjang di isi dengan berbagai macam makanan, seperti pulut, timpan, ketupat, dan lain-lain. Bahkan ada beberapa daerah di blangpidie Kabupaten Atjeh Barat Daya yang menghias “panjang” dengan uang, snack-snack, makanan ringan yang digantung di panjang mauled dengan dibentuk seindah munkin.
Di beberapa kampung yang masih ketat memegang tradisi, setiap rumah atau satu keluarga diminta untuk membuat “panjang” sendiri. Namun untuk masyarakat yang tinggal di perkotaan sedikit berbeda, dimana “panjang” dibuat dari hasil iuran warga.
Pada saat tiba hari perayaan, semua “panjang” yang sudah dihias dikumpulkan di masjid. Para pedzikir sudah berkumpul di masjid untuk menyenandungkan puji-pujian kepada Allah SWT. Setelah dzikir selesai, “panjang” diberikan kepada para pedzikir sebagai ucapan terimakasih. Dikarenakan setiap kampong memiliki tanggal yang berbeda dalam perayaan Maulid Nabi, maka selama satu bulan akan dijumpai kemeriahan “panjangMaulud” di blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya
MAKANAN KHAS DI BLANGPIDIE
Salah satu wilayah pesisir di pantai barat-selatan. Meskipun masih dalam wilayah yang sama, yaitu Atjeh, tetapi banyak hal baru yang saya dapat kan selama bermukim di kabupaten yang beribukotakan Blangpidie ini. Entah itu bahasanya, adat istiadat , lingkungan masyarakat, dan juga makanan yang disantap.
Kali ini saya tidak ingin menulis tentang jenis makanan apa saja yang telah saya rasa dan cicipi selama berada di kota yang memiliki slogan Nanggroe Breuh Sigupai ini, tetapi saya ingin menulis tentang kuah pliek u, kuliner khas Atjeh yang ternyata kuah pliek u ala Abdya juga berbeda dengan yang ada di kampung yang lain nya.
Kami, yang dalam sebutan orang pantai barat selatan adalah orang sebelah Geureutee , menamakan aneka sayuran yang dicampur dengan rempah-rempah dan fatarana alias pliek u dengan sebutan Kuah Plie kata Kuah Pliek U. Memang, campuran biji melinjo beserta daun mudanya, daun ubi, kacang panjang, terong atau rimbang, rebung, jantung pisang, nangka muda, labu siamatau papaya mengka, dan aneka rempah seperti jintan, lada, dan ketumbar dimasak dengan plik u dan dicampur santan. Sehingga tidak hanya sayur yang dihasilkan tetapi juga kuah santannnya.
Berbeda hal nya dengan masyarakat Abdya, mereka menamai sayuran yang dimasak dengan pliek u dengan sebutan Gulee Pliek. Bahan-bahan yang digunakan masihsama, hanya saja, sayuran nya lebih banyak dibandingkan dengan kuah nya. Tekstur kuah nya juga kental karena mereka menambahkan kelapa yang telah dihaluskan kedalamnya. Oleh karena itu, orang-orang Blangpidie mengatakan gulee pliek bukan kuah pliek.
Potongan sayuran yang digunakan untuk membuat kuah pliek/gulee pliek ini juga berbeda pada setiap daerah. Di Atjeh Besar misalnya, sayur dan buah yang digunakan dirajang halus. Berbeda dengan kampong yang lain merajang kasar sayuran yang akan dimasak. Sedangkan di Abdya, ukuran sayur yang dirajang adalah tidak terlalu kasar dan juga tidak terlalu halus, sedang-sedang saja.
Denise All
#Architectural_Designee_di
#Bengkel_Sejarah & #Generasi_Muda_
#sila_Share
Copas di fecebook