Ketika pengkriktik jadi penikmat maka semua akan selamat sesuai kebersamaan yang di ajak nikmat, dulu kataya idialis tapi akhirnya harus meulih.
Betapa merusak citra pergerakan, merusak moral perjalananan, ada yang korban namun seperti piasan, tipu daya yang menawan atas nama rakyat , seolah suci tanpa dosa berbicara di hadapan.
Panggung orasi akan jadi pentas drama yang tidak akan hilang jejak di gital yang sudah mareka hancurkan, mareka yang suci dan polos dari ajakan pernah kita korbankan yang akhirnya penikmat itu hanya orator dan tim sekelilingnya.
Bejat dan berdosa atas prilaku oknum perusak gerakan, dulu kritik panas dan penas ketika sudah di kasih air susu segelas rela menggadaikan idialisme saat ujian perut berhadapan.
Mareka memberi tapi kemudian berkata, betapa dosa mareka yang di korbankan masih labil dan suci kita ajak , sungguh miris yang mengorbankan pegerakan mareka yang meyusup dalam barisa untuk kepentingan mengatasnamanya kaum itelektual hingga harga diri tergadaikan demi uang sesaat semua sirna dan diam
Matinya arus pembela rakyat karena sikap oknum yang membunuh gerakan mulia tanpa di sadari prilakunya itu bukan cerminan, seolah jagoan yang di nampakkan seperti tokoh pemuda atau mahasiswa namun kobohongan itu nyata saat tercapai hasrat pemaian maka yang lain menyesal atas prilaku yang sudah terjadi.
Sayogiyanya gerakan mahasiswa harus terus tumbuh dan berjalanan selalu mengawasi pemerintah dalam melayani masyarakat terus maju dan bergerak meyuarakan kebenaran dan melawan kedhaliman.