Kabupaten Aceh Selatan dengan Ibu Kota Tapak Tuan menyimpan begitu banyak pesona dan cerita unik di baliknya. Sering disebut sebagai Kota Naga, daerah ini dikenal dengan keindahan wisata bahari.
Salah satu tempat yang melegenda dan dianggap mistis oleh masyarakat setempat adalah wisata alam Tapak Tuan. Wisata ini sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun asing, biasanya untuk sekedar selfie di jejak kaki raksasa yang berada di pinggir pantai tersebut.Wisata ini terletak di Gampong Pasar, Kecamatan Tapak Tuan, Aceh Selatan. Lebih kurang 1,5 km dari pusat Kota Tapak Tuan. Walau untuk berkunjung ke sana memang tidak mudah, pengunjung harus melewati batu karang beragam ukuran.
Jejak tersohor berupa tapak kaki raksasa selebar 2,5 meter dan panjang 6 meter itu, terletak di bibir pantai dan deretan pegunungan Gunung Lampu, Tapak Tuan. Sepanjang perjalanan mata akan dimanjakan dengan pemandangan laut yang begitu indah dengan beberapa kapal nelayan yang melaut serta kapal besar pengangkut semen yang parkir di pelabuhan.Tapak Tuan berasal dari dua suku kata 'Tapak' dan 'Tuan'. Penamaan itu tidak terlepas dari legenda Tuan Tapa dan keberadaan tapak kaki raksasa di sana. Legenda ini menjadi cerita rakyat turun-temurun dan dipercaya hingga saat ini.
Misteri telapak kaki raksasa itu disebut berawal dari legenda seorang petapa sakti bertubuh raksasa bernama Syekh Tuan Tapa. Ia menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah menyembah Tuhannya, selalu berdzikir, dan terus mengingat nama Sang Pencipta, baik saat matanya terbuka maupun terpejam.
Dalam keadaan tak sadar pun hatinya akan selalu dikuasai akan cintanya kepada Tuhannya. Setiap harinya ia habiskan untuk bertapa di sebuah gua di Aceh Selatan.
Atas ketekunan hati dan kesungguhannya dalam mengeja dan senantiasa mengagungkan nama Tuhannya itu, ia sering diberikan ilham tentang berbagai hal gaib yang tak banyak diketahui manusia biasa.
Saat tengah bersemedi, Syekh Tuan Tapa terusik oleh pertempuran seorang raja dari Kerajaan Asralanoka asal Samudra Hindia yang hendak mengambil anaknya yang dari dua naga.
Syekh Tuan Tapa lalu keluar dari gua untuk membantu sang raja yang tengah kesusahan di tengah lautan. Jejak kakinya saat melompat tersisa di situs ini. Setelah pertempuran sengit itu dua naga tewas di tangan Syekh Tuan Tapa yang bersenjatakan tongkat kayu, dan sang raja bisa kembali mendapatkan anaknya.
Meski Sang Putri telah kembali ke pelukan raja dan permaisuri, namun keduanya tidak kembali lagi ke kerajaan dan memilih menetap di Aceh. Keluarga kerajaan itu lalu bermukim di dekat gua Syekh Tuan Tapa, yang kemudian menjadi cikal bakal pemukiman Tapak Tuan.
"Keberadaan mereka di tanah Aceh diyakini sebagai cikal bakal masyarakat Tapaktuan," jelas pengelola objek wisata Tapak Tuan Tapa, Chaidir Karim.
Tak lama berselang setelah kejadian itu, Syech Tuan Tapa menghilang di sebuah lokasi. Selain tapak raksasa, tak jauh dari sana juga terdapat batu di tengah laut yang diyakini sebagai kopiah Tuan Tapa yang kini sudah menjadi batu.
Kopiah itu terlepas saat pertarungan terjadi. Tongkat yang sudah menjadi batu pun ada di sana.
Berjarak 5 km dari lokasi tapak, ada karang berbentuk hati di Desa Batu Itam dan sisik naga di Desa Batu Merah. Menurut cerita, bekas potongan tubuh naga jantan yang kalah bertarung.
Ada juga karang berbentuk layar kapal di Pantai Batu Berlayar, Desa Damar Tutong, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan, yang terletak sekitar 20 km dari tapak kaki raksasa. Konon karang itu sisa kapal raja dan permaisuri Kerajaan Asralanoka yang hancur ketika pertempuran.