(Sebuah tulisan analisis sejarah aceh by Teuku PP Barat Seutya)
Keude Geudong terletak tepat dijalur lintasan jalan B. Aceh-Medan, terletak kurang lebih 10 KM sebelah timur kota lhokseumawe. Kota yg terkenal dgn panganan khas bolu aceh (booi) dan martabak duren. Tak jarang makanan ini menjadi buruan favorit penikmat kuliner yg singgah hanya untuk membeli sbg oleh2x ataupun dimakan sbg camilan dalam perjalanan. Saat ini kota geudong merupakan sbg sebuah ibukota kecamatan yg bernama samudra. Tak banyak yg tahu tentang sejarah berdirinya kota geudong ini sehingga sampai saat ini bisa menjadi sebuah pemerintahan yg berbentuk kecamatan. Sejarah kota geudong sendiri tak terlepas dari peran Tgk Imuem Chik Raja Itam bin Teuku Chik Raja Moely bin Meurah Fattani bin Tgk Meurah Madereih (tu poraja syikh malik bintan hulu bin Tu poraja syikh yamani pasee), penguasa bandar pelabuhan kuala pasee.
Sejak jaman kerajaan samudra pasai, bandar kuala pasee merupakan jalur perdagangan yg paling sibuk di wilayah pantai utara setelah bandar pelabuhan teluk samawi di lhokseumawe. Tercatat barang2x yg menjadi komoditas perdagangan di pelabuhan ini adalah emas, perak, tembikar, kapur barus,kopra, serta bahan rempah2x spt lada hitam, pala, cengkeh, dsb. Menurut Ibnu Batutah, seorang pengembara muslim dari negeri Maghribi, Maroko, dalam catatannya mengatakan bahwa ia sempat mengunjungi Pasai pada 1345 M. Ibnu Batutah yang pernah singgah di kuala Pasai selama 15 hari, menggambarkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai “sebuah negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah". Dalam catatan perjalanan berjudul "Tuhfat Al-Nazha", Ibnu Batutah menuturkan, pada masa itu Pasai telah menjelma sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara. Paska runtuhnya kerajaan samudera pasai, pada tahun 1524 kenegerian pasai mulai di perintah oleh Muhammad Syech Azzakariya Qurnairni Al Yamani atau yg lebih di kenal Tu Praja Chik Yamani, seorang mantan mufti besar kesultanan samudera pasai yg ditunjuk oleh sultan aceh utk memimpin negeri Pasai dgn pusat pemerintahan di Kuta krueng, kuala pasai. Nama kuta krueng sendiri di tabalkan oleh beliau yg diartikan sebagai benteng (kuta) yg terletak di krueng pasee. Paska wafat Tu praja Chik Yamani, pemerintahan di kuta krueng dilanjutkan oleh putranya Tu Praja Chik Madereih (Tgk Chik Ahmad Idris). Pd tahun 1082 H (1671), wilayah kekuasaan kerajaan pasai mulai dibagikan kepada ketiga putranya. Untuk wilayah krueng pasee diberikan kepada putra sulungnya Teuku Raja Fattani, sedangkan untuk wilayah krueng keureutoe diberikan kepada Tok Nabath Indra Patra Syamsul Alam atau Teuku Bahar Amien. Dan utk wilayah krueng Peusangan diberikan kepada putranya yg lain Meurah Syah (Ja Kata). Selanjutnya pd th 1702 pemerintahan di kuta krueng pasee dilanjutkan oleh putra teuku Raja Fattani yaitu Tgk Imuem Chik Raja Moely. Ada hal yg menarik di sejarah ulee balang krueng pasee, sejak sultan aceh dinasti jamallulail (badrul munir syarif hasyim jamalullail) seorang ulama yg berasal dari mekkah naik tahta, beliau membuat kebijakan baru dimana semua ulee balang yg menggunakan gelar "Teuku Raja" harus diganti menggunakan gelar "Tgk Imoem Chik". Makanya dalam arakata ulee balang Geudong, hampir semua ulee balang menggunakan gelar ini. Paska wafatnya Tgk Imuem Chik Raja Moely, beliau digantikan oleh putranya Tgk Imuem Chiek Raja Itam atau yg lebih di kenal Tgk Chik di Pasie karena beliau masih bermukim di kuta krueng pasee. Pada masa pemerintahan Tgk Chik Raja Itam (Tgk Chik Di pasie), kota geudong belum berdiri, semua aktifitas ekonomi dan perdagangan masih berpusat di bandar kuala pasee, sehingga timbul pertanyaan kapan keude geudong itu mulai ada...?
Berdasarkan manuskrip arakata yg di tulis pd tgl 10 maret 1934 oleh Teuku Abdul Latief bin Teuku Raja Mengkoeta bin Teuku Sultan Imuem Chik (Banta Sultan) bin Tgk Imoem Chik Nyak Keujruen (Tgk Chik blang peuriya) bin Tgk Imoem Chik Leumik bin Tgk Imuem Chik Nyak Peukan bin Tgk Imoem Chik Raja Itam (tgk chik di pasie) bahwa nama geudong itu berasal dari kata "Goedank" tempat penyimpanan komoditas barang perdagangan yg akan di ekspor ke pulau pinang, malaysia yg terletak di kuala pasee. Tgk Imuem Chik Raja Itam juga telah membagi wilayah kekuasaannya kepada kedua putranya. Untuk wilayah hulu krueng passe (keujruen pasee) diberikan kpd putra sulungnya Tgk Imuem Chiek Nyak Peukan, sedangkan wilayah hilir krueng pasee (keujruen blang me) diberikan kpd putra bungsunya Tgk Cut Ahmad (Teuku Muda Ahmad Angkasah). Tapi sayangnya kedua putra tgk Imuem Chik Raja Itam ini terlibat perselisihan besar dalam memperebutkan bandar pelabuhan kuala pasee. Kedua putra sekandung terlibat perang yg melibatkan pasukan masing2x, akibatnya gudang2x tempat penyimpanan barang ekspor di kuala pasee banyak yg hancur dan dibakar oleh kedua belah pihak. Hal ini memaksa Tgk Imuem Chik Raja itam memindahkan pusat pemerintahan kuta krueng ke arah tunong (selatan) kuala pasee. Agar pasokan barang2x ekspor ke pulau pinang tdk terhambat dan tetap berjalan lancar, beliau kembali mendirikan gudang2x tempat penyimpanan barang2x ekspor ke pulau pinang di bantaran sungai krueng pasee. Dgn berdirinya gudang2x ini aktivitas ekonomi jual beli spt pasar (pekan) disekitar gudang tsb mulai berkembang. Lama kelamaan kata gudang ini berubah menjadi "geudong", sehingga Tgk Imuem Chik Nyak Pekan dipanggil juga Tgk Chik di Geudong.
Akibat perang saudara ini, sangat dimanfaatkan betul oleh pihak belanda, sehingga pada tgl 26 Desember 1874 (17 zulkaidah 1291) belanda berhasil membujuk Teuku muda ahmad angkasah utk menanda tangani korte volklaring. Surat ini sendiri dikirim oleh putranya Teuku bentara muda yg dikirim melalui kuala pasee menggunakan perahu ke benteng belanda di kuala gluempang, julok, aceh timur. Atas jasa2x kepada pemerintah belanda maka Tgk Cut Ahmad diberi gelar oleh pemerintah belanda "Teuku Muda Angkasah Ahmad Amir Cut Pahlawan Keujruen Blang Me" pd th 1874. Sbg balas budi kepada keujruen Blang Me, belanda menghadiahkan sebuah pesanggrahan (istana) yg megah utk keluarga Teuku Muda Ahmad Angkasah yg disebut dgn Istana Angkasah. Istana ini diberikan kepada cucu beliau Teuku Chik Abdul Latif (Teuku Nyak Muda Lateih) yg diangkat oleh belanda sbg zelfbesturder blang me pd th 1900. Teuku chik Abdul Latif juga merupakan menantu Teuku Nagorsyah, ulee balang Idi Rayeuk. Beliau wafat dan dimakamkan di desa blang siguci, idi cut, aceh timur. Pd th 1939 T.Chik Abdul Latif (T.Nyak Muda Lateih) wafat sehingga zelfbesturder blang me digabung dgn geudong yg diperintah oleh T. Abdul Latif Moely
(Photo Insert, foto istana angkasah geudong, meunasah mancang, th 2019, koleksi pribadi)
Demikianlah sejarah singkat berdirinya kota geudong, aceh utara (Ttd. Teuku PP Barat Seutya)