MENGENALI
WALED TARMIZI AL-YUSUFY.
DI ACEH SELATAN BELIAU LEBIH DIKENAL DENGAN PANGGILAN TGK / WALED AR.
BELIAU MERUPAKAN PUTRA KETIGA ULAMA KARISMATIK ACEH,
TGK H MUHAMMAD DAUD AL-YUSUFY,
ATAU YANG DIKENAL DENGAN PANGGILAN "ABU TEUPIN GAJAH", PENDIRI DAYAH MADINATUDDINIYAH BABUSSA’ADAH TEUPIN GAJAH, KECAMATAN PASIE RAJA, KABUPATEN ACEH SELATAN.
WALED TARMIZI,
Beliau Terlahir di Teupin Gajah,
5 Oktober 1973. Waled kecil menempuh pendidikan formalnya di SD N 1 Rasian, sembari terus memulai pendidikan agama pada ayahnya yang merupakan pimpinan Dayah Babuss’adah.
Dari kecil Waled dikenal cerdas dan sangat jenius, dalam setiap pengajian kelas di Dayah Babussa’adah.
WALED selalu kritis dan sering berdebat jika tidak sesuai dengan pemahamannya. Atas sikap kritisnya, tidak sembarangan guru bisa mengajar di kelas Waled, hanya beberapa orang guru senior saja yang mampu mengajar di kelas tersebut.
DI UMUR 16 TAHUN,
tepatnya pada 1989 Waled sudah menamatkan kitab Mahalli di Dayah Babussa’adah.
Melihat kepintaran "WALED"
dalam pemahaman kitab kuning, terutama kitab alat, nahu, saraf, dll, maka ayahnya memilih Dayah MUDI MESRA SAMALANGA untuk melanjutkan pendidikan Waled.
TEPATNYA DI TAHUN 1989,
"WALED" DIDAFTARKAN PADA DAYAH MUDI, DIBAWAH ASUHAN ABU HASANOEL BASRI HG, ATAU LEBIH DIKENAL DENGAN SEBUTAN, ABU MUDI.
DISANA WALED MONDOK SELAMA SEBELAS TAHUN SAMPAI AKHIR TAHUN 2000.
DI SAMALANGA,
"WALED" menjadi guru senior,
beliau menjadi guru rujukan para santri dan para dewan guru yang mengajar di DAYAH MUDI.
Kealimannya diakui oleh setiap kalangan, bahkan banyak kakak letingnya kemudian muraja’ah (mengulang) kembali kitabnya pada Waled.
ATAS KEALIMAN-NYA,
ABU MUDI MEMPERCAYAI WALED MENGAJAR DI BALE BETON (MUDI)
Bale beuton merupakan bale tempat ABU mengajar, dan bale ini khusus untuk kelas dewan guru senior, dan pimpinan langsung yang mengajarnya.
BAGI SANTRI DI MUDI,
dapat bejar di bale beuton merupakan sebuah prestasi yang luar biasa, karena tidak semua santri dapat belajar di sana.
Berbeda dengan kebanyakan santri, "WALED" justru mendapat kesempatan mengajar di sana, sungguh prestasi yang sangat besar, yang hanya dapat diraih oleh beberapa orang saja, yang sudah dipercayai dan diakui keilmuannya oleh ABU MUDI.
DI ANTARANYA YANG DAPAT MENGAJAR MENGGANTIKAN "ABU" DI BALE BETON ADALAH,
AYAH MIN COT TRUENG,
AYAH SOP JEUNIEB, DAN SALAH SATUNYA WALED TARMIZI.
Dan guru Lainnya.
DI BALE BETON "WALED",
sudah mengkhatamkan banyak kitab, di antaranya Syarah Tuhfatul Ikhwan fi Ilm Bayan, Ghayah Wushul fil Ilm Ushul, al Musthasfa Imam Ghazali, Syarah Malawi ala Sulam fi Mantiq, Syarah Syamsiah, Ghayah Wushul,
dan lain-lain.
Bahkan empat tahun terakhir, Waled sudah mulai mengajar kitab Tuhfah Al Muhtaj (Tuhfah) kitab Fiqh terbesar karya Ibnu Hajar Al Hatami setebal 10 jilid
di dayah miliknya Cot Meurak.
SAAT MONDOK WALED ADALAH SOSOK YANG GIGIH, ISTILAH KUTU BUKU TEPAT KATA DI SEMAT PADANYA.
Banyak sahabatnya menyaksikan demikian, karena Waled hampir tidak lepas dengan kitab, beliau selalu belajar dan terus menurus bersama kitab.
BUKAN HANYA KITAB,
saat masih mondok Waled setiap hari membaca Al-Quran sebanyak lima juz, dan itu rutin beliau lakukan, maka Waled setiap minggu sekali sudah mengkhatamkan Al-Quran.
Karna Waled meyakini,
Al-Quran adalah sumber kecerdasan, Al-Quran menjadikan daya ingat kuat, karena itu, beliau dengan mudah memahami kitab kuning (literatur klasik/ kitab turas).
Hal ini benar saja,
jika kita bertanya soal kitab atau agama pada Waled, misalnya pada kesempatan berjumpa di Banda Aceh atau dimana saja di luar pengajian, beliau langsung menjawabnya dengan ibarat kitab.
Beliau seakan membaca teks kitab, dan hebatnya lagi bahkan Waled hafal halamannya, dan posisi letaknya.
KEMBALI KE BABUSSA’ADAH
TAHUN 2000– 2005.
Setelah sebelas tahun lamanya di DAYAH MUDI,
"WALED" memutuskan kembali
ke Dayah Babusa’adah untuk membantu ayahnya mengelola Dayah Babussa’dah.
Dengan sentuhan tangannya Dayah Babussa’adah melakukan beberapa inovasi, baik pembangunan ataupun pendidikan.
Dari sisi pembangunan,
selama lima tahun dayah ini berubah dari gaya klasikal menjadi modern.
WALED,
mulai membangun musala besar dan permanen, bak air, asrama santri, kantor (pendopo dayah), pustaka, ruang kelas, berubah dari semi permanen menjadi permanen.
Tentu perubahan ini melibatkan semua pihak, baik santri, alumni, keluarga, para abang dan kakak Waled lainnya, dan yang pasti di bawah peran dan tanggung jawab Alm Abu Daud Teupin Gajah selaku pimpinan.
KEMBALI LAGI KE DAYAH MUDI
DAN MENIKAH.
Pada akhir tahun 2005,
"WALED" kembali lagi ke Dayah MUDI SAMALANGA, beliau meneruskan mengajar di sana.
Tahun itu pula Waled memutuskan berkeluarga,
beliau menikahi seorang gadis anak tokoh Masyarakat Ulee Glee Pidie Jaya, yang tidak berapa jauh dari Dayah tempat beliau tinggal.
MEMBUKA DAYAH SENDIRI.
SETELAH BERKELUARGA,
WALED MULAI BANYAK BERAKTIVITAS DI DAYAH MUDI DAN DI LUAR DAYAH.
Kemudian atas beberapa masukan sahabatnya, dan masukan guru-gurunya, maka Waled pada tahun 2012 memutuskan membuka dayah miliknya sendiri dengan nama Dayah Najmul Hidayah Al-Aziziyah.
Beliau memilih lokasi di Meunasah Subung Cot Meurak Samalanga, lokasinya tepat di tepi sugai Krueng Batee Iliek yang tidak berapa jauh dari DAYAH INDUK MUDI.
Di bawah kepemimpinannya dayah ini berkembang pesat, setiap orang berdecak kagum atas pencapaiannya.
Bangunan-bangunan dalam sekejap seakan tumbuh di setiap pojok dayah, masjid mewah dan asrama berlantai pun ikut menggambarkan kesusksesan dayah ini.
Tidak hanya pembangunan, ratusan santri pun mondok di sini, banyaknya santri menunjukkan Dayah Najmul Hidayah milik Waled ini merupak salah satu dayah Favorit yang ada di Aceh kini.
WALED,
melakukan berbagai inovasi di sini, terutama Waled fokus pada kurikulum dan sistem pendidikannya.
Berbeda di DAYAH MUDI,
Waled mengajar kelas santri senior, di dayah miliknya Waled justru mengajar kelas Mubtadi (kelas dasar), metoda ini beliau lakukan untuk memberi pemahaman dasar pada santri, agar santri lebih mudah memahami dasar kitab gundul tersebut.
ATAS SIKAP KRITIS WALED,
maka beliau mencoba menemukan kendala apa saja bagi santri sehingga sulit memahami kitab, maka inovasi metoda dan bahan ajar terus berkembang, sehingga santri tahun ini lebih cepat memahami kitab dibandingkan dengan santri tahun sebelumnya.
ATAS USAHA KERAS WALED,
MAKA DAYAH NAJMULH HIDAYAH MENCAPAI TUJUANNYA DALAM MENDIDIK SANTRI.
Di antaranya Dayah Najmul Hidayah telah mewisudakan 70 santri yang mampu menghafal kitab seperti kitab Mutammimah 46 0rang, Al fiyah 23 orang, dan Matan minhaj 1 orang.
Hebatnya para santri menghafal dalam waktu relatif singkat, ada yang hanya dalam waktu 8-2,5 tahun saja, bahkan di antara mereka murid kelas 1 dan kelas 2.
Tentunya usaha santri ini bukan cuma-cuma, Waled menggunakan metoda hadiah, siapa saja yang mampu mencapai target akan diberi hadiah sesuai yang ditentukan, hadiah utamanya adalah satu tiket umrah.
DAN TAHUN INI DAYAH WALED KEMBALI AKAN MENGGELAR WISUDA TAHAP DUA, DENGAN TOTAL HADIAH 75 JUTA.
DEWAN PEMBINA IKABAS
Atas berbagai prestasi yang dicapai Waled, serta keilmuan dan dedikasinya pada Dayah Babussa’adah, para alumni memercayainya sebagai salah seorang penasihat Ikatan Alumni Dayah Madinatuddiniyah Babussa’adah (IKABAS) bersama para guru dan alumni senior lainnya.
Semoga Waled tetap sehat, dipanjangkan umur agar terus dapat mengembangkan ilmunya Dan Membina untuk umat Serta terus Mengawal dan menjaga akidah AHLUSUNNAH WAL-JAMAAH.
Aamiiin Aamiiin Aamiiin.
Copas dari
GROP KISAH ULAMA ACEH
WALLAHU'AKLAM.
WASSALAM.
Mohon dikoreksi bila ada salah penulisan.
#Cacanda