Dalam kehidupan, keseimbangan hanya bisa tercapai ketika segala sesuatu diletakkan sesuai dengan tempatnya. Menaruh sesuatu tidak pada tempatnya, atau menempatkan seseorang di luar bidang keahliannya, bukan hanya sekadar kesalahan kecil, tetapi awal dari sebuah kehancuran.
Sejarah telah membuktikan bahwa banyak kegagalan, baik dalam organisasi, pemerintahan, maupun kehidupan sosial, terjadi karena kesalahan dalam penempatan peran dan tanggung jawab.
Ketika Kepemimpinan Gagal Menempatkan yang Ahli
Pemimpin yang bijak adalah mereka yang memberikan posisi kepada orang-orang yang memiliki kapasitas dan kompetensi. Namun, ketika seorang penguasa hanya memilih berdasarkan kepentingan pribadi, kedekatan, atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan keahlian, maka kehancuran hanya menunggu waktu.
Tanda-Tanda Kepemimpinan yang Zalim:
-
Mengutamakan kedekatan daripada kompetensi
- Jabatan diberikan kepada orang-orang yang tidak memiliki keahlian hanya karena hubungan keluarga, pertemanan, atau kepentingan politik.
-
Mengabaikan orang-orang yang ahli
- Mereka yang memiliki ilmu, keterampilan, dan pengalaman justru disingkirkan atau tidak diberi kesempatan untuk berkontribusi.
-
Menghasilkan kebijakan yang tidak tepat
- Karena dikelola oleh orang-orang yang tidak paham bidangnya, kebijakan yang dihasilkan sering kali tidak efektif, bahkan merugikan banyak pihak.
-
Memunculkan ketidakadilan dan ketimpangan
- Orang-orang yang layak tidak mendapatkan tempat, sementara yang tidak pantas justru berkuasa. Ini melahirkan ketidakpuasan dan konflik di masyarakat.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya." (HR. Bukhari)
Hadis ini mengajarkan bahwa kepemimpinan yang tidak berlandaskan keadilan dan kompetensi hanya akan membawa bencana.
Akibat dari Ketidakadilan dalam Penempatan Peran
-
Kemunduran dalam Segala Aspek
- Dalam dunia pendidikan, jika guru yang tidak memiliki kapasitas mengajar diberikan tanggung jawab mendidik, maka generasi penerus akan kehilangan arah.
- Dalam dunia bisnis, jika pemimpin perusahaan tidak memahami industri yang dijalankan, maka perusahaan akan merugi dan runtuh.
- Dalam pemerintahan, jika pejabat yang dipilih hanya berdasarkan kepentingan politik, bukan kemampuan, maka rakyat yang akan menderita akibat kebijakan yang tidak efektif.
-
Hilangnya Kepercayaan Masyarakat
- Ketika orang-orang melihat bahwa yang berkuasa adalah mereka yang tidak kompeten, maka kepercayaan kepada sistem akan runtuh.
- Ketidakpuasan ini bisa berujung pada perlawanan, protes, bahkan kekacauan sosial.
-
Munculnya Kezaliman dan Ketidakadilan
- Mereka yang tidak memiliki keahlian, tetapi tetap berkuasa, sering kali bertindak sewenang-wenang untuk mempertahankan posisinya.
- Kezaliman semakin meluas ketika orang-orang yang lebih layak tidak diberi kesempatan untuk memperbaiki keadaan.
Bagaimana Seharusnya?
-
Menempatkan Orang Sesuai Kapasitasnya
- Setiap individu memiliki kelebihan dan kelemahan. Pemimpin yang bijak harus mampu melihat siapa yang paling cocok untuk sebuah posisi, bukan berdasarkan hubungan pribadi, tetapi berdasarkan keahlian.
-
Memilih Pemimpin yang Adil dan Kompeten
- Dalam memilih pemimpin, baik dalam skala kecil maupun besar, pertimbangan utama haruslah kejujuran, kompetensi, dan rekam jejaknya.
-
Mengedepankan Keadilan di Atas Kepentingan Pribadi
- Jangan memilih atau menempatkan seseorang hanya karena kedekatan atau keuntungan pribadi. Keputusan harus dibuat berdasarkan pertimbangan yang objektif dan demi kebaikan bersama.
-
Membuka Ruang bagi Orang-orang yang Ahli
- Jangan biarkan orang-orang yang memiliki kompetensi tersingkir hanya karena tidak memiliki akses atau kekuatan politik.
Kesimpulan: Kehancuran Dekat dengan Pemimpin yang Zalim
Ketika seseorang yang berkuasa tidak memberikan kesempatan kepada yang ahlinya, dan tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya, maka kehancuran hanyalah soal waktu.
Dalam setiap aspek kehidupan—baik dalam keluarga, organisasi, bisnis, maupun pemerintahan—keberhasilan hanya bisa dicapai ketika setiap orang berada di tempat yang tepat, sesuai dengan kapasitas dan tanggung jawabnya.
Pemimpin yang zalim mungkin bisa bertahan dalam waktu tertentu, tetapi pada akhirnya, ia akan tumbang bersama sistem yang telah dirusaknya sendiri. Sebaliknya, pemimpin yang adil dan bijak akan meninggalkan warisan yang baik bagi generasi mendatang.
Karena keadilan adalah pilar utama dalam membangun peradaban yang kokoh.