Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Petinggi Aceh di Singapura Tahun 1870: Latar Belakang dan Konteks Sejarah

Sabtu, 08 Maret 2025 | 16:44 WIB Last Updated 2025-03-08T09:44:21Z


Foto yang diambil pada tahun 1870 ini merupakan salah satu dokumen bersejarah yang merekam kehadiran para petinggi Aceh di Singapura. Foto ini berasal dari koleksi Luitenant ter Zee H. Nijgh, seorang perwira angkatan laut Belanda yang berlayar dengan korvet layar Zr.Ms. Pangeran Maurits.

Dalam foto tersebut, terlihat para pemimpin Aceh, termasuk Teukoe Kali, Moekims, Panglima Dalem, dan Strabander dari Aceh. Keberadaan mereka di Singapura pada tahun 1870 berkaitan dengan dinamika politik, diplomasi, dan situasi perang antara Kesultanan Aceh dan Belanda yang memuncak pada Perang Aceh (1873-1904).

Tulisan ini akan membahas lebih dalam mengenai latar belakang foto ini, siapa saja tokoh yang ada di dalamnya, serta bagaimana peristiwa ini menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan Aceh dalam menghadapi kolonialisme Belanda.


1. Latar Belakang Keberadaan Petinggi Aceh di Singapura

Pada tahun 1870, Singapura merupakan pusat perdagangan dan diplomasi di Asia Tenggara, di bawah kendali Inggris. Bagi Kesultanan Aceh, Singapura memiliki posisi strategis, baik dalam hal ekonomi maupun politik.

Beberapa alasan mengapa para petinggi Aceh berada di Singapura pada tahun 1870:

a. Hubungan Dagang Aceh-Singapura

Aceh merupakan penghasil lada dan rempah-rempah utama di Nusantara.
Singapura adalah pelabuhan dagang internasional di bawah kendali Inggris.
✔ Aceh sering mengirim utusan ke Singapura untuk berdagang dan menjalin hubungan diplomasi dengan Inggris guna mengimbangi ancaman Belanda.

b. Upaya Diplomasi dengan Inggris

✔ Pada akhir abad ke-19, Belanda semakin agresif dalam mencoba menguasai Aceh.
✔ Aceh berusaha mencari dukungan dari Inggris di Singapura untuk menghalangi ekspansi Belanda.
✔ Kesultanan Aceh menjalin komunikasi dengan Inggris agar tetap mempertahankan status Aceh sebagai wilayah merdeka.

c. Situasi Politik Menjelang Perang Aceh

✔ Pada periode ini, Belanda mulai meningkatkan tekanan terhadap Aceh untuk menguasai perdagangan lada dan jalur pelayaran di Selat Malaka.
✔ Para petinggi Aceh mungkin berada di Singapura untuk merundingkan strategi pertahanan dan membangun jaringan aliansi internasional.


2. Tokoh-Tokoh dalam Foto

Foto ini menggambarkan empat petinggi Aceh yang memiliki peran penting dalam kesultanan. Berikut adalah identitas mereka berdasarkan keterangan dari KITLV:

  1. Teukoe Kali (Berdiri di kiri)

    • Seorang pejabat hukum dalam Kesultanan Aceh.
    • Berperan dalam menegakkan hukum Islam dan adat dalam pemerintahan Aceh.
    • Mungkin terlibat dalam perundingan hukum dan diplomasi di Singapura.
  2. Moekims (Berdiri, ke-2 dari kanan)

    • Moekim adalah istilah untuk pemimpin wilayah dalam struktur pemerintahan Aceh.
    • Mengawasi administrasi dan pemerintahan lokal.
    • Perannya sangat penting dalam menjaga persatuan masyarakat Aceh.
  3. Panglima Dalem (Duduk di kiri)

    • Panglima yang bertanggung jawab atas pertahanan dan militer Aceh.
    • Mungkin hadir di Singapura untuk mencari dukungan senjata atau strategi perang.
    • Salah satu sosok yang paling disegani dalam perlawanan terhadap Belanda.
  4. Strabander dari Aceh (Duduk di sebelah kanan)

    • Strabander adalah pejabat yang bertanggung jawab dalam urusan perdagangan dan diplomasi.
    • Bertugas untuk menjalin hubungan dengan pedagang dan pihak asing, termasuk Inggris.

Kelompok ini kemungkinan besar dikirim oleh Sultan Aceh pada saat itu, Sultan Mahmud Syah (memerintah 1870-1874) untuk melakukan perundingan strategis dengan Inggris atau pihak lain di Singapura.


3. Konteks Sejarah: Ancaman Belanda terhadap Aceh

Tahun 1870 adalah masa krusial bagi Aceh. Saat itu, Belanda telah menguasai sebagian besar Nusantara tetapi masih kesulitan untuk menaklukkan Aceh.

Belanda ingin menguasai jalur perdagangan Selat Malaka karena Aceh adalah pusat perdagangan yang strategis.
✔ Pada tahun 1871, Perjanjian Sumatra antara Belanda dan Inggris memberikan lampu hijau bagi Belanda untuk menyerang Aceh.
✔ Pada tahun 1873, Perang Aceh pecah, menandai perlawanan sengit rakyat Aceh terhadap penjajahan Belanda.

Keberadaan para petinggi Aceh di Singapura kemungkinan adalah bagian dari strategi diplomasi untuk mencegah perang atau mempersiapkan perlawanan jika perang pecah.


4. Peran Inggris dan Singapura dalam Konflik Aceh-Belanda

a. Inggris Sebagai Pihak Netral

Meskipun Inggris dan Belanda adalah kekuatan kolonial besar di Asia, Inggris tidak ingin terlibat langsung dalam konflik Aceh-Belanda. Namun, Inggris tetap:
✔ Memantau situasi di Aceh untuk menjaga kepentingan dagang mereka di Selat Malaka.
✔ Menggunakan Singapura sebagai pusat informasi dan diplomasi bagi Aceh dan negara lainnya.
✔ Kadang-kadang memberikan bantuan tidak langsung kepada Aceh, seperti membiarkan pedagang senjata menjual persenjataan ke Aceh.

b. Peran Singapura Sebagai Pelabuhan Diplomasi

✔ Singapura adalah tempat bagi banyak utusan dari berbagai kerajaan di Asia Tenggara.
✔ Para petinggi Aceh mungkin datang ke Singapura untuk mencari dukungan dari negara lain seperti Turki Utsmani atau pedagang Muslim di Timur Tengah.
✔ Inggris, meskipun tidak mendukung perang secara terbuka, memberikan ruang bagi Aceh untuk bergerak di Singapura.


5. Akhir dari Perjuangan Aceh dan Pengaruh Sejarahnya

Meskipun para pemimpin Aceh mencoba mencari dukungan di Singapura, akhirnya Perang Aceh tetap pecah pada tahun 1873. Aceh bertahan selama lebih dari tiga dekade sebelum akhirnya Belanda berhasil menguasai wilayah tersebut dengan taktik politik, perang gerilya, dan infiltrasi budaya.

Namun, meskipun Belanda secara militer menang, perlawanan rakyat Aceh tidak pernah benar-benar berhenti. Semangat perjuangan terus diwariskan hingga akhirnya Indonesia merdeka pada tahun 1945.


Kesimpulan

Foto yang diambil pada tahun 1870 di Singapura ini adalah bukti penting bagaimana para petinggi Aceh berusaha mempertahankan kedaulatan mereka melalui jalur diplomasi. Keberadaan mereka di Singapura kemungkinan besar berkaitan dengan strategi perdagangan, hubungan diplomasi dengan Inggris, serta persiapan menghadapi ancaman Belanda.

Meskipun pada akhirnya Belanda berhasil menaklukkan Aceh, semangat perjuangan dan keteguhan para pemimpin Aceh tetap menjadi bagian dari sejarah nasional Indonesia. Foto ini adalah warisan sejarah yang mengingatkan kita akan kegigihan Aceh dalam menghadapi kolonialisme dan mempertahankan martabat bangsanya.