Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Pribumi yang Dikhianati: Antara Sejarah, Kepentingan, dan Realitas Sosial

Sabtu, 08 Maret 2025 | 13:44 WIB Last Updated 2025-03-08T06:44:52Z


Sepanjang sejarah, pribumi sering kali menjadi kelompok yang mengalami pengkhianatan, baik oleh penjajah, penguasa, maupun oleh bangsanya sendiri. Pengkhianatan ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, seperti eksploitasi sumber daya, ketidakadilan sosial, hingga kebijakan yang merugikan mereka.

1. Sejarah Pengkhianatan terhadap Pribumi

Dalam sejarah banyak bangsa, pribumi sering kali menjadi korban eksploitasi. Mereka adalah penduduk asli suatu wilayah yang kerap kehilangan hak-haknya akibat kekuatan luar atau elit yang mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.

a. Kolonialisme dan Perampasan Hak

Di masa penjajahan, pribumi menjadi korban utama eksploitasi. Sumber daya alam mereka dirampas, tanah mereka diambil, dan mereka dipaksa bekerja untuk kepentingan penjajah. Bahkan setelah merdeka, banyak pribumi masih terpinggirkan akibat sistem yang diwariskan oleh kolonialisme.

b. Kebijakan yang Tidak Berpihak

Dalam banyak kasus, kebijakan ekonomi dan politik lebih menguntungkan pihak asing atau kelompok elite dibandingkan rakyat pribumi sendiri. Alih-alih diberdayakan, pribumi sering kali hanya menjadi tenaga kerja murah atau bahkan diusir dari tanah mereka sendiri demi kepentingan investasi asing.

c. Konflik Internal dan Pengkhianatan dari Bangsa Sendiri

Tidak sedikit pengkhianatan yang justru datang dari pemimpin atau kelompok elite pribumi sendiri. Demi kekuasaan dan keuntungan pribadi, mereka menjual tanah, sumber daya, atau bahkan mengorbankan kesejahteraan rakyatnya kepada pihak asing.

2. Bentuk Pengkhianatan terhadap Pribumi di Era Modern

a. Penggusuran dan Perampasan Tanah

Banyak komunitas pribumi kehilangan tanah mereka akibat proyek-proyek pembangunan yang tidak mempertimbangkan keberlangsungan hidup mereka. Mereka dipaksa pindah tanpa kompensasi yang layak, sementara pihak lain menikmati keuntungan dari lahan tersebut.

b. Kesenjangan Ekonomi

Pribumi sering kali menjadi kelompok yang paling sulit mendapatkan akses terhadap pendidikan dan ekonomi. Sementara kekayaan negara bertambah, masih banyak pribumi yang hidup dalam kemiskinan karena kebijakan yang tidak adil.

c. Eksploitasi Sumber Daya Alam

Hutan, tambang, dan sumber daya alam lainnya yang seharusnya menjadi milik pribumi sering kali dieksploitasi oleh perusahaan besar dengan sedikit atau tanpa manfaat bagi masyarakat lokal. Akibatnya, pribumi kehilangan lingkungan hidup mereka dan menghadapi bencana ekologis.

d. Marginalisasi Budaya

Selain ekonomi dan tanah, identitas pribumi juga sering terpinggirkan. Budaya mereka dianggap kuno, bahasa mereka tidak diajarkan, dan tradisi mereka perlahan menghilang akibat globalisasi yang tidak seimbang.

3. Mencari Solusi: Bagaimana Pribumi Bisa Bangkit?

a. Kesadaran Kolektif dan Pendidikan

Pribumi harus memiliki kesadaran kolektif tentang hak-hak mereka. Pendidikan menjadi kunci utama agar mereka tidak terus-menerus tertinggal dalam persaingan global.

b. Kebijakan yang Berpihak pada Pribumi

Pemerintah harus lebih tegas dalam melindungi hak-hak pribumi, baik dalam hal kepemilikan tanah, akses ekonomi, maupun pelestarian budaya.

c. Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Pribumi harus didorong untuk mengelola sumber daya mereka sendiri, bukan hanya menjadi penonton atau korban eksploitasi. Model ekonomi berbasis komunitas bisa menjadi solusi agar mereka bisa mandiri dan tidak tergantung pada pihak luar.

d. Pelestarian Budaya dan Identitas

Bahasa, seni, dan tradisi pribumi harus tetap dijaga agar mereka tidak kehilangan identitasnya di tengah arus modernisasi.

Maka 

Pengkhianatan terhadap pribumi bukan hanya terjadi di masa lalu, tetapi masih berlangsung hingga kini dalam berbagai bentuk. Namun, dengan kesadaran, kebijakan yang tepat, dan perjuangan kolektif, pribumi bisa bangkit dan mengambil kembali hak-haknya. Saatnya mereka bukan hanya menjadi korban sejarah, tetapi juga pelaku utama dalam menentukan masa depan mereka sendiri.