Nama bakso berasal dari bahasa Hokkian, yaitu bak (肉) yang berarti daging dan so (丸) yang berarti bola. Secara harfiah, bakso berarti "bola daging." Hidangan ini memiliki akar dari kuliner Tionghoa, terutama dari Provinsi Fujian, Tiongkok.
Asal Usul dan Adaptasi Bakso di Indonesia
Bakso diperkenalkan ke Indonesia oleh para imigran Tionghoa yang datang pada masa perdagangan dan kolonialisme, terutama pada abad ke-17 hingga ke-19. Awalnya, bakso dibuat dari daging babi, yang umum dalam masakan Tiongkok. Namun, seiring dengan perkembangan kuliner di Indonesia, di mana mayoritas penduduknya beragama Islam, bahan utama bakso mengalami perubahan. Daging babi digantikan dengan daging sapi, ayam, atau ikan agar lebih sesuai dengan selera dan keyakinan masyarakat setempat.
Seiring waktu, bakso tidak hanya menjadi makanan khas komunitas Tionghoa, tetapi juga diadopsi secara luas oleh masyarakat Indonesia. Variasi lokal pun bermunculan, seperti bakso urat, bakso telur, bakso ikan, bakso bakar, hingga bakso beranak yang memiliki isian di dalamnya.
Siapa Penjual Bakso Pertama di Indonesia?
Meskipun sulit menentukan siapa penjual bakso pertama di Indonesia secara pasti, ada catatan bahwa pedagang Tionghoa yang merantau ke Indonesia mulai menjual bakso sejak era kolonial Belanda. Awalnya, bakso dijual oleh pedagang kaki lima yang berkeliling menggunakan pikulan atau gerobak dorong. Salah satu daerah yang dikenal sebagai pusat awal perkembangan bakso adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur, khususnya di kota-kota seperti Solo dan Malang.
Bakso kemudian menjadi makanan rakyat yang mudah ditemukan di warung-warung kecil, pasar, hingga restoran besar. Beberapa merek bakso legendaris yang sudah ada sejak lama antara lain Bakso President (Malang, sejak 1977) dan Bakso Lapangan Tembak Senayan (berdiri sejak 1972).
Hingga kini, bakso terus berkembang dengan inovasi baru dan tetap menjadi salah satu kuliner favorit masyarakat Indonesia.