Dalam Islam, hubungan suami istri bukan hanya perkara biologis, melainkan juga bentuk ibadah yang mengandung nilai kasih sayang, tanggung jawab, dan keberkahan. Hubungan intim dalam rumah tangga diajarkan untuk dilakukan dengan adab dan tuntunan syariat, agar bernilai pahala dan terhindar dari hal-hal yang dimurkai Allah SWT.
Agama mengatur segala aspek kehidupan, termasuk urusan ranjang, dengan tujuan menjaga kehormatan, menumbuhkan cinta, dan menghasilkan generasi yang saleh. Maka penting bagi setiap pasangan Muslim untuk memahami doa dan tata cara berjimak sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
1. Niat dan Membangun Kasih Sayang
Sebelum memulai hubungan, niatkan sebagai bentuk ibadah dan sarana menyenangkan pasangan secara halal. Islam menganjurkan suami istri saling mendekati dengan kelembutan, bukan dengan nafsu yang terburu-buru. Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya foreplay sebagai bentuk kasih sayang dan penghormatan terhadap pasangan.
2. Doa Sebelum Berjimak
Doa ini dibaca agar hubungan suami istri terhindar dari gangguan setan, dan jika Allah mengaruniakan anak, anak tersebut dijaga dari pengaruh buruk:
اللّهُـمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتنَا
“Allahumma jannibnash-shayṭāna wa jannibish-shayṭāna mā razaqtanā.”
Artinya: “Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkan setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Adab dan Etika Berhubungan
Islam sangat menjunjung tinggi etika dalam berhubungan suami istri. Di antara adab-adab penting yang diajarkan:
- Tidak tergesa-gesa, diawali dengan kelembutan dan perhatian.
- Menjaga kebersihan dan berpakaian sopan meskipun di ruang privat.
- Tidak melibatkan pihak ketiga, baik secara fisik maupun visual.
- Tidak dilakukan saat istri haid atau nifas.
- Tidak menjimak melalui dubur, karena hal ini dilarang keras dalam Islam.
4. Sunnah Setelah Berhubungan: Wudu dan Mandi Junub
Jika setelah berhubungan ingin tidur sebelum mandi, maka disunnahkan berwudu terlebih dahulu sebagaimana sabda Nabi SAW:
“Apabila salah seorang dari kalian menggauli istrinya kemudian ingin tidur, maka hendaklah ia berwudu seperti wudunya untuk salat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Namun sebelum melakukan ibadah wajib, keduanya wajib mandi junub. Tata caranya:
- Niat dalam hati.
- Membasuh kemaluan dan tangan.
- Berwudu seperti biasa.
- Menyiram kepala 3 kali.
- Membasahi seluruh tubuh hingga merata.
5. Saling Mendoakan dan Bersyukur
Setelah berjimak, tidak ada doa khusus yang diriwayatkan, namun dianjurkan untuk memuji Allah dan saling mendoakan. Misalnya:
“Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush-shāliḥāt”
(Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna).
Doa semacam ini menjaga hubungan tetap dalam koridor ibadah dan syukur.
6. Waktu yang Tidak Dianjurkan
Makruh hukumnya berhubungan di waktu-waktu seperti:
- Saat istri sedang haid atau dalam masa nifas.
- Di siang hari bulan Ramadan sebelum berbuka.
- Di tempat yang tidak layak, seperti kamar terbuka atau di depan anak kecil yang sudah mengerti.
Penutup: Menyatukan Nafkah Batin dan Pahala
Islam memuliakan hubungan suami istri sebagai salah satu bentuk ibadah. Dalam satu hadis disebutkan bahwa hubungan intim pun bernilai sedekah:
“Dan dalam hubungan suami istri itu ada pahala.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya dan mendapat pahala?” Beliau menjawab, “Bukankah jika dia melampiaskannya pada yang haram, ia berdosa? Maka jika ia melakukannya secara halal, ia mendapatkan pahala.”
(HR. Muslim)
Maka dari itu, dengan memahami adab, doa, dan tata cara berjimak yang benar, pasangan suami istri tidak hanya menjaga keharmonisan rumah tangga, tetapi juga meraih ridha Allah SWT dalam setiap bagian kehidupannya—termasuk yang paling pribadi.
Semoga Allah memberkahi setiap rumah tangga Muslim dengan cinta, ketenangan, dan keturunan yang saleh. Aamiin.