Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Kekuasaan Buta: Ancaman Oknum Penjilat yang Memandu

Kamis, 10 April 2025 | 08:43 WIB Last Updated 2025-04-10T01:43:15Z
 
Sejarah mencatat, kekuasaan yang buta akan moral kerap kali dipandu oleh oknum penjilat.  Mereka menjadi penasihat, pemikir, bahkan penentu arah kebijakan.  Ironisnya, pemimpin yang awalnya idealis pun bisa terperangkap dalam lingkaran ini. Kritik dibungkam, digantikan tepuk tangan palsu.  Kekuasaan tanpa kritik adalah kekuasaan yang membinasakan diri sendiri.
 
Oknum penjilat bukan hanya merusak moral publik, tetapi juga mematikan harapan. Mereka menyesatkan penguasa dengan laporan-laporan indah, statistik yang direkayasa, dan cerita fiktif tentang keberhasilan.  Semua demi mempertahankan kedekatan, bukan kebenaran. Mereka adalah racun manis dalam cawan emas.
 
Media Sosial: Panggung Baru bagi Oknum Penjilat
 
Dahulu, penjilatan terjadi di balik layar. Kini, media sosial menjadi panggung terbuka.  Puji-pujian berlebihan bertebaran, video sanjungan diunggah setiap hari, dan tren topik bisa dibeli.  Oknum penjilat tak lagi malu. Mereka menggunakan akun resmi, akun alternatif, bahkan akun anonim—semuanya untuk menaikkan citra penguasa dan menjatuhkan lawan.
 
Lebih tragis lagi, banyak yang ikut terbawa arus. Kita terhibur, tertawa, bahkan menyebarkan propaganda tanpa dasar kebenaran.  Oknum penjilat tak hanya mengelabui penguasa, tetapi juga mencuci otak publik.
 
Dari Istana hingga Kantor Desa:  Jangkauan Oknum Penjilat
 
Fenomena ini bukan monopoli tingkat pusat.  Dari kantor desa hingga istana negara, kampus hingga LSM, semua terdampak.  Bahkan organisasi mahasiswa pun tak luput.  Mereka berada di barisan depan saat pemotretan, tetapi menghilang saat kerja keras dibutuhkan.
 
Jangan heran jika pemimpin terpilih bukan yang terbaik, melainkan yang paling rajin menjilat.  Program yang gagal tetap dipuji sukses.  Ukuran keberhasilan bukan hasil nyata, melainkan seberapa sering nama bos disebut dalam sambutan.
 
Oknum Penjilat Bukan Kawan Perjuangan
 
Mereka yang percaya pada idealisme dan perjuangan harus sadar: oknum penjilat bukanlah kawan.  Mereka bukan pejuang, melainkan beban dalam setiap kegagalan.  Mereka menghilang saat badai datang dan kembali saat langit cerah.
 
Mereka tak akan bersama rakyat saat harga naik, keadilan terabaikan, atau suara-suara dibungkam.  Mereka hanya datang membawa karangan bunga, bukan solusi.
 
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
 
1. Jangan diam: Lawan narasi palsu dengan kebenaran, meskipun tidak populer.
 
2. Jangan ikut-ikutan: Menjilat mungkin menguntungkan sesaat, tetapi mengorbankan integritas seumur hidup.
 
3. Pilih pemimpin yang bijak: Dukung pemimpin yang berani menerima kritik, bukan hanya sanjungan.
 
4. Ingat: Oknum penjilat hanya berkuasa saat kebenaran dibungkam.  Maka, jangan diam.
 
Penutup:
 
Oknum penjilat mungkin sedang beraksi, menyusun siasat, dan membangun menara pujian.  Namun, mereka bukan pemilik masa depan.  Masa depan milik mereka yang jujur, berani, dan setia pada nurani.  Saat badai datang, topeng akan copot, dan kita akan tahu siapa pejuang sejati dan siapa oknum penjilat.