Kepentingan Politik Perempuan untuk Kemajuan Sesama: Analisis Kuasai Parlemen 80%
Oleh: Azhari
Seiring dengan perkembangan zaman, perempuan di seluruh dunia semakin menunjukkan bahwa mereka bukan hanya penentu keberhasilan dalam ranah domestik, tetapi juga memiliki peran penting dalam membentuk kebijakan dan keputusan politik. Di Indonesia, khususnya di Aceh, peran perempuan dalam politik kini semakin mendapatkan tempat, namun pertanyaannya adalah: apakah perempuan sudah cukup memiliki kekuatan politik untuk mengubah wajah bangsa dan daerah menuju kemajuan yang lebih baik?
Kepentingan politik perempuan sangatlah besar, bukan hanya untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga untuk kemajuan sosial dan politik secara keseluruhan. Mengapa demikian? Karena perempuan, lebih dari siapa pun, seringkali memiliki pandangan yang lebih inklusif, empatik, dan peduli terhadap isu-isu yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan hak-hak sosial. Namun, meskipun ada kemajuan, perempuan di Indonesia, termasuk Aceh, masih menghadapi banyak tantangan untuk memecahkan dominasi kekuasaan yang selama ini dikuasai oleh laki-laki.
Pentingnya Keberadaan Perempuan dalam Politik: Bukan Sekadar Kuota
Perempuan memiliki perspektif berbeda yang sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan politik. Sejak awal reformasi, kehadiran perempuan dalam politik Indonesia semakin dihargai. Namun, perempuan masih berada dalam posisi terpinggirkan, bahkan di Aceh, meskipun sudah ada beberapa keberhasilan, terutama setelah diterapkannya kebijakan kuota 30 persen untuk perempuan di parlemen.
Namun, kuota ini hanya menjadi titik awal. Apa yang dibutuhkan perempuan saat ini bukan hanya kuota, tetapi juga kesempatan untuk benar-benar menguasai parlemen dengan jumlah yang signifikan. Bayangkan jika perempuan bisa menguasai 80% dari kursi parlemen, bagaimana perubahan besar bisa terjadi. Keberadaan perempuan dengan proporsi yang lebih dominan di lembaga legislatif akan sangat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang mengedepankan kesejahteraan sosial, hak-hak perempuan, perlindungan anak, dan pendidikan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Perempuan dalam Parlemen: Sumber Kekuatan Baru untuk Rakyat
Keberadaan perempuan dalam parlemen bisa membawa angin segar bagi kemajuan suatu bangsa. Perempuan dikenal lebih peduli pada isu-isu kesejahteraan sosial, terutama yang menyangkut keluarga dan pendidikan. Dengan jumlah perempuan yang dominan di parlemen, maka kebijakan publik dapat lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya, bukan hanya segelintir kelompok tertentu.
Namun, peran perempuan tidak akan maksimal tanpa adanya kebijakan yang mendukung mereka untuk naik ke posisi strategis. Untuk bisa menguasai 80% parlemen, perempuan harus dipersiapkan dengan segala fasilitas pendidikan dan pelatihan politik yang memadai, serta harus memiliki akses yang lebih luas terhadap media dan forum publik. Tidak cukup hanya dengan pendidikan formal, tetapi perempuan juga perlu diberdayakan dalam hal manajemen politik, kemampuan berbicara di depan umum, dan strategi memenangkan pemilu.
Dampak Positif Jika Perempuan Menguasai 80% Parlemen
Apa yang akan terjadi jika perempuan benar-benar menguasai 80% kursi parlemen di Aceh atau Indonesia secara keseluruhan? Berikut adalah beberapa dampak positif yang dapat terjadi:
-
Perubahan dalam Prioritas Kebijakan
Dengan dominasi perempuan, kebijakan yang lebih fokus pada kesejahteraan keluarga, pendidikan anak, kesehatan ibu dan anak, serta perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak akan lebih mudah diterapkan. Perempuan lebih sensitif terhadap masalah sosial yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan rakyat, dan kebijakan mereka cenderung lebih progresif dalam hal memperbaiki kualitas hidup. -
Pemberdayaan Perempuan dalam Berbagai Sektor
Salah satu dampak terbesar dari semakin banyaknya perempuan di parlemen adalah meningkatnya perhatian terhadap pemberdayaan perempuan dalam berbagai sektor. Selain itu, kebijakan yang berpihak pada perempuan—terutama yang berbasis pada kesetaraan gender dan pengentasan kemiskinan—akan lebih terealisasi dengan lebih baik. -
Peningkatan Kualitas Pendidikan
Dengan lebih banyak perempuan yang memimpin, kebijakan pendidikan yang lebih inklusif dan memadai untuk semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, akan lebih mudah terwujud. Pendidikan yang berbasis pada kesetaraan gender dan peningkatan kualitas guru akan lebih menjadi prioritas. -
Penguatan Perlindungan Sosial
Perempuan lebih peka terhadap isu-isu perlindungan sosial, terutama di bidang kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Kebijakan publik yang lebih memperhatikan kesejahteraan sosial, seperti asuransi kesehatan universal dan bantuan sosial untuk masyarakat miskin, akan lebih mudah diimplementasikan. -
Mengurangi Kekerasan dan Diskriminasi
Pemerintahan yang lebih didominasi oleh perempuan dapat memperjuangkan kebijakan yang lebih berani untuk mengatasi kekerasan terhadap perempuan dan diskriminasi gender, serta mempromosikan hak-hak dasar perempuan di seluruh lapisan masyarakat.
Kendala dan Tantangan: Mengatasi Hambatan Politik yang Masih Ada
Namun, meskipun banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika perempuan menguasai 80% parlemen, ada beberapa tantangan besar yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kultur patriarkal yang masih mengakar dalam masyarakat, yang menganggap bahwa politik adalah dunia laki-laki. Selain itu, banyak perempuan yang masih harus menghadapi kesulitan dalam mendapatkan dukungan finansial untuk kampanye mereka, dan juga menghadapi masalah dalam membangun jaringan yang solid di dunia politik.
Di Aceh, tantangan ini semakin terasa dengan keterbatasan ruang bagi perempuan untuk berkembang dalam politik lokal. Faktor budaya dan agama seringkali menjadi hambatan bagi perempuan untuk tampil sebagai pemimpin di ruang publik. Oleh karena itu, pendidikan politik dan pemberdayaan perempuan di semua tingkat sangat penting untuk membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan.
Kesimpulan: Arah Baru untuk Kemajuan Politik Perempuan
Menguasai 80% kursi parlemen tentu bukan hal yang mudah. Namun, jika perempuan mampu bersatu, memperkuat jaringan, dan didukung oleh kebijakan yang mendukung mereka, mereka bisa mengubah peta politik dan menjadi kekuatan baru untuk kemajuan masyarakat. Di Aceh, ini adalah langkah yang sangat penting untuk mewujudkan kesetaraan gender, kesejahteraan sosial, dan perubahan positif yang lebih berorientasi pada rakyat.
Sebagai masyarakat yang mendorong kesetaraan dan kemajuan, saatnya untuk mendukung perempuan dalam politik dengan memberikan kesempatan yang lebih besar, bukan hanya sebagai kuota, tetapi sebagai agen perubahan yang sesungguhnya. Jika perempuan menguasai 80% parlemen, kita akan melihat perubahan besar yang akan membawa kemajuan bagi seluruh bangsa dan rakyat Aceh.