Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Musuh Kita yang Sebenarnya: Bukan Kebodohan dan Kemiskinan, Tetapi Pembodohan dan Pemiskinan

Selasa, 08 April 2025 | 00:46 WIB Last Updated 2025-04-08T05:16:01Z


Dalam perjalanannya membangun peradaban, sebuah bangsa akan selalu berhadapan dengan dua tantangan utama: kebodohan dan kemiskinan. Namun, di balik dua tantangan tersebut, ada musuh yang jauh lebih berbahaya dan bersifat sistematis: pembodohan dan pemiskinan. Dua hal inilah yang justru sering luput dari perhatian, padahal keduanya menjadi akar dari kemunduran bangsa.

Mari kita telaah lebih dalam.


Kebodohan vs Pembodohan: Beda Tipis, Dampak Jauh

Kebodohan adalah keadaan seseorang yang tidak tahu karena belum mendapat pengetahuan. Ia bisa disembuhkan dengan pendidikan, literasi, dan pengalaman. Namun pembodohan adalah proses aktif—baik disengaja maupun tidak—yang membuat orang tidak tahu, tetap tidak tahu, bahkan dicegah untuk tahu.

Contoh konkret pembodohan:

  • Sistem pendidikan yang tidak membebaskan berpikir, hanya menjejalkan hafalan.
  • Kurikulum yang mengebiri nalar kritis.
  • Media yang disusupi hoaks dan propaganda.
  • Penindasan terhadap suara-suara independen, aktivis, dan pemikir bebas.

Pembodohan adalah kejahatan intelektual. Ia bertujuan melumpuhkan kesadaran, agar masyarakat mudah dikendalikan. Mereka dibatasi akses terhadap informasi, bahkan diajarkan untuk merasa cukup dengan kebodohan itu sendiri.

Dalam konteks ini, musuh kita bukan sekadar ketidaktahuan, melainkan aktor-aktor dan sistem yang melanggengkan ketidaktahuan demi kekuasaan.


Kemiskinan vs Pemiskinan: Yang Pertama Nasib, Yang Kedua Rekayasa

Kemiskinan adalah kondisi seseorang atau kelompok yang kekurangan sumber daya untuk hidup layak. Tapi pemiskinan adalah rekayasa sistematis yang membuat seseorang atau kelompok tetap berada dalam kemiskinan—meski mereka bekerja keras.

Pemiskinan bisa muncul melalui:

  • Penguasaan sumber daya oleh segelintir elite.
  • Akses ekonomi yang tidak merata.
  • Kebijakan yang tidak pro-rakyat.
  • Upah buruh yang tak manusiawi.
  • Praktik korupsi yang menyedot anggaran sosial.

Di balik banyaknya masyarakat miskin, sering kali ada tangan tak terlihat yang menekan. Mereka tidak miskin karena malas, tapi karena sistem tidak memberi ruang untuk tumbuh.

Bahkan dalam konteks global, pemiskinan bisa berlangsung melalui utang luar negeri, sistem ekonomi kapitalistik, dan ketergantungan terhadap pasar luar.


Mengapa Dua Istilah Ini Penting Diungkapkan?

Masyarakat sering dikondisikan untuk menyalahkan diri sendiri:

"Kita miskin karena malas."
"Kita bodoh karena tidak belajar."

Narasi ini seakan menutupi peran negara, penguasa, dan struktur sosial-ekonomi-politik dalam menciptakan kondisi tersebut. Padahal, banyak rakyat yang ingin belajar, tapi tidak punya akses pendidikan. Banyak rakyat yang ingin bekerja, tapi sistem tidak menyediakan peluang.

Dengan menyadari adanya pembodohan dan pemiskinan, maka kita:

  • Melihat masalah secara struktural, bukan individual.
  • Mendorong perubahan kebijakan, bukan sekadar motivasi pribadi.
  • Melawan sistem yang menindas, bukan menyalahkan korban.

Bagaimana Melawan Pembodohan dan Pemiskinan?

  1. Literasi dan Kesadaran Kritis
    Pendidikan yang membebaskan adalah kunci. Masyarakat harus memiliki kemampuan berpikir kritis, bukan hanya patuh. Literasi digital, politik, hukum, dan ekonomi harus ditingkatkan.

  2. Reformasi Sistem Pendidikan dan Ekonomi
    Negara tidak cukup hanya memberi bantuan sosial. Harus ada reformasi struktural—dari kurikulum sekolah hingga distribusi ekonomi. Pendidikan harus membentuk warga negara aktif, bukan pekerja pasif.

  3. Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil
    LSM, organisasi keagamaan, media independen, dan komunitas akar rumput harus diberdayakan untuk menjadi penjaga demokrasi dan alat pembebasan sosial.

  4. Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintahan
    Ketika pejabat menyembunyikan informasi publik, mengontrol media, atau menyalahgunakan anggaran, di situlah pembodohan dan pemiskinan terjadi. Masyarakat harus punya mekanisme kontrol terhadap kekuasaan.


Penutup: Perlawanan Intelektual dan Moral

Kebodohan dan kemiskinan bisa dimaklumi, tapi pembodohan dan pemiskinan harus dilawan. Mereka bukan sekadar keadaan, tetapi sistem yang dibuat dan dibiarkan hidup oleh para pemegang kuasa.

Maka, tugas kita bukan sekadar memberantas kemiskinan dan mencerdaskan bangsa, tapi memutus rantai sistemik yang melanggengkan ketidakadilan. Karena sejatinya, bangsa ini akan benar-benar merdeka hanya jika rakyatnya merdeka berpikir dan merdeka sejahtera.