Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Oknum Mantan Mertua: Dari Penasihat Jadi Provokator

Jumat, 11 April 2025 | 20:25 WIB Last Updated 2025-04-11T13:25:35Z



Katanya, pernikahan itu bukan cuma menyatukan dua insan, tapi juga dua keluarga. Tapi begitu cerai, kadang yang lebih susah "move on" bukan mantan suami, bukan mantan istri—melainkan mantan mertua. Lebih tepatnya: oknum mantan mertua.

Ini bukan mertua biasa. Ini tipe mertua yang kalau sudah “lepas menantu”, bukan mendoakan, tapi malah jadi komentator. Dari penasihat rumah tangga, berubah jadi penyebar gosip keluarga.

Dulu sering bilang, “Jangan ribut-ribut, cari jalan damai.” Tapi sekarang?
“Tuh kan, dari awal saya sudah bilang dia nggak cocok buat kamu!”

Setiap arisan jadi forum curhat. Setiap pengajian jadi tempat membocorkan aib mantan menantu. Grup WhatsApp keluarga dijadikan panggung sindiran pasif-agresif. Bahkan ada yang rela turun ke lapangan, dari menyindir mantan menantu sampai “mengarahkan” cucu untuk membenci orang tuanya sendiri.

Oknum mantan mertua ini kadang lebih capek dari pengacara perceraian. Turun tangan dalam segala hal—dari rebutan hak asuh, sampai mengatur siapa boleh datang ke acara keluarga.

Tak cukup sampai di situ, mereka juga mulai open recruitment calon menantu baru.
"Jangan takut, kali ini mama yang pilihkan."
Padahal dulu juga katanya, “Kami tak mau ikut campur, yang penting kalian bahagia.”

Yang tragis, cinta kasih yang dulu begitu hangat berubah jadi operasi diam-diam. Mereka menyayangi cucu, tapi sekaligus menabur narasi negatif tentang salah satu orang tuanya. Lalu ketika hubungan anak-anak tambah keruh, mereka cuma angkat tangan:
"Ya, mama cuma ingin yang terbaik."

Padahal "terbaik" versi mereka adalah yang tunduk, manut, dan tidak pernah berani melawan dominasi keluarga besar.

Di balik semua itu, satu hal yang sering dilupakan oknum mantan mertua:
Ketika mereka membakar jembatan hubungan, yang paling terbakar biasanya bukan mantan menantu, tapi cucu mereka sendiri.


Penutup: Rumah Tangga Boleh Runtuh, Martabat Jangan

Setiap pihak dalam perceraian—duda, janda, maupun mantan mertua—punya dua pilihan: menjadi dewasa, atau menjadi drama. Sayangnya, oknum-oknum yang disebut di atas justru memperpanjang luka dengan ego, bukan menutupnya dengan ikhlas.

Maka jika rumah tangga telah bubar, setidaknya jangan ikut bubar sebagai manusia.