Dalam setiap kontestasi politik, selalu ada barisan pendukung yang berdiri paling depan meneriakkan nama sang calon: mereka disebut tim sukses. Di awal, mereka tampil sebagai pejuang—berani pasang badan, berjuang dengan semangat, bahkan kadang rela berkorban untuk memenangkan “tuan” yang mereka yakini sebagai harapan baru.
Namun, begitu sang tuan telah duduk di kursi empuk kekuasaan, sebagian dari mereka berubah wujud. Bukan lagi pejuang yang mengingatkan, tetapi penjilat yang membenarkan segalanya. Mereka menjadi barisan anti kritik—tidak tahan dengan saran, alergi terhadap masukan, bahkan gemar membungkam suara-suara yang dianggap mengganggu kenyamanan sang penguasa.
Ironisnya, mereka kerap menyamar sebagai "penjaga loyalitas". Padahal, sesungguhnya mereka sedang menjaga kepentingan pribadi. Setiap kritik dianggap ancaman, setiap masukan dimaknai sebagai pembangkangan. Mereka lupa bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau dikritik. Timses yang sejati justru harus menjadi cermin dan rem, bukan kipas angin yang terus memuji meski arah angin sudah salah.
Oknum timses semacam ini menjadi racun bagi pemerintahan. Mereka mempersempit ruang dialog, menutup akses masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, bahkan menjauhkan pemimpin dari realitas. Dan yang paling menyedihkan: mereka membuat sang tuan kehilangan kesempatan menjadi besar, karena dibungkus dengan ilusi pujian palsu.
Pemimpin sejati tidak butuh pujian semu. Ia butuh kebenaran, sekeras apa pun itu. Dan loyalitas sejati bukan tentang membela mati-matian di depan publik, tapi tentang berani menegur diam-diam ketika ada salah arah.
Maka jika hari ini masih ada oknum timses yang alergi kritik, tanyakan padanya: apakah ia sedang menjaga kepemimpinan sang tuan, atau sedang menjaga pintu agar remah-remah kekuasaan tetap jatuh ke pangkuannya?
Mari kita jaga kekompakan demi arah yang lebih baik dan tidak ada lagi saling caci kami demi terciptanya keamanan dan kenyamanan antar sesama , ayo berdamai demi kemajuan dan keadilan.diam dan aksi lebih baik dari pada saling balas pantun dengan tidak ada tujuan dan manfaat, sudah saatnya kita berfikir konsep kemajuan dan maju dengan gagasan yang baik.demi arah dan cita-cita, semua ada kesempatan untuk memimpin bersabarlah.
Semoga bermanfaat bermanfaat mohon maaf bila ada yg tersinggung.