Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Pelajaran Berharga dari Kejatuhan Aceh: Sebuah Refleksi atas Peran Snouck Hurgronje

Kamis, 10 April 2025 | 12:48 WIB Last Updated 2025-04-10T05:49:04Z

 
Sejarah Aceh menyimpan banyak pelajaran berharga, tak terkecuali kisah yang terkait dengan sosok kontroversial bernama Snouck Hurgronje.  Dikenal dengan nama samaran Teungku Puteh (Ulama berkulit putih), ia datang ke Aceh pada akhir abad ke-19, di tengah Agresi Belanda III.  Kedatangannya bukan semata-mata sebagai seorang ulama, melainkan sebagai agen rahasia Belanda yang ditugaskan untuk memahami karakter dan kekuatan masyarakat Aceh yang kala itu dikenal sangat tangguh dan sulit ditaklukkan.
 
Sebelum menginjakkan kaki di tanah Rencong, Snouck Hurgronje telah mendalami ilmu agama Islam secara intensif di Masjidil Haram dan Madinah.  Ia menguasai Al-Quran, menghafalnya, mempelajari hadits Shahih Bukhari dan Muslim, serta berbagai kitab kuning.  Pengetahuan agamanya yang mendalam ini memungkinkannya untuk dengan mudah berbaur dan mendapatkan kepercayaan masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi adat Peumulia Jame, yaitu penghormatan yang tinggi terhadap tamu, apalagi tamu yang bergelar ulama.
 
Bertahun-tahun Snouck Hurgronje hidup di tengah masyarakat Aceh. Ia mengamati, mempelajari, dan pada akhirnya mengidentifikasi dua faktor kunci kekuatan Aceh:
 
Pertama, keimanan yang teguh masyarakat Aceh terhadap agama Islam.  Kedua, kepercayaan yang tinggi masyarakat Aceh kepada ulama dayah (pesantren).  Ironisnya, pemahaman mendalam inilah yang kemudian dimanfaatkan Snouck Hurgronje untuk merancang strategi penaklukan Aceh.  Ia memberikan informasi kepada Belanda tentang kekuatan Aceh, sekaligus menyusun rencana untuk memecah belah persatuan masyarakat Aceh dengan cara menciptakan perselisihan pendapat di kalangan ulama dan masyarakat.
 
Strategi Belanda yang didasarkan pada informasi dan rencana Snouck Hurgronje terbukti efektif.  Pada tahun 1904, Aceh jatuh ke tangan Belanda, dan Kerajaan Aceh Darussalam runtuh.  Kejatuhan Aceh bukan semata-mata karena kekuatan militer Belanda, tetapi juga karena adanya faktor internal yang dimanfaatkan oleh pihak penjajah.
 
Kisah Snouck Hurgronje menyadarkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan, serta kehati-hatian dalam menghadapi pengaruh luar.  Ia adalah seorang yang menguasai ilmu agama, namun justru menggunakan ilmunya untuk tujuan yang merusak.  Kejadian ini bukanlah untuk menyalahkan ajaran Islam itu sendiri, melainkan untuk merenungkan bagaimana pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang kurang tepat dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
 
Dari kisah ini, kita dapat mengambil hikmah yang sangat berharga.  Mari kita jaga Aceh dengan segala kekayaannya: ulama, budaya, akidah, dan warisan para raja dan sultannya.  Semoga sejarah tidak terulang kembali.  Semoga Aceh tetap teguh berdiri di atas pondasi keimanan dan persatuan yang kokoh.

Copas status : Tgk. Habibie Waly