Oleh: Azhari
Tgk Dayah atau ulama dayah adalah benteng keilmuan dan moralitas masyarakat Aceh. Di tengah perkembangan zaman dan krisis nilai, peran mereka semakin vital. Namun, di balik pengabdian yang tak kenal pamrih itu, masih banyak Tgk Dayah yang hidup dalam keterbatasan. Menjelang tahun 2026, saat dunia semakin terhubung dan tantangan umat kian kompleks, sudah saatnya pemerintah hadir secara lebih nyata dalam meningkatkan kesejahteraan Tgk Dayah sebagai strategi membangun masa depan Aceh.
Tgk Dayah: Pilar Kultural dan Pendidikan Nonformal
Dayah bukan sekadar lembaga pendidikan, tapi institusi sosial yang membentuk karakter masyarakat Aceh sejak zaman dahulu. Tgk Dayah memainkan peran sebagai pendidik, pemimpin spiritual, sekaligus pengayom sosial. Mereka mendidik tanpa gaji tetap, tanpa jaminan sosial, bahkan kerap menopang dayah dengan biaya sendiri. Di tengah semua itu, dayah tetap menjadi ruang aman bagi pendidikan nilai-nilai Islam, kedamaian, dan nasionalisme.
Pemerintah: Dari Simbolik ke Strategis
Selama ini, perhatian pemerintah terhadap dayah masih cenderung bersifat simbolik—bantuan karpet, bangunan, atau insentif tahunan yang tak memadai. Jika ingin melihat kemajuan Aceh secara holistik, maka dayah harus dijadikan mitra strategis dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Tahun 2026 harus menjadi momentum untuk perubahan besar. Pemerintah daerah dan pusat perlu menyiapkan kebijakan yang lebih sistemik, terukur, dan berdampak jangka panjang terhadap kesejahteraan Tgk Dayah dan kemajuan dayah secara institusional.
Gagasan Strategis untuk Tahun 2026
Berikut beberapa gagasan yang dapat menjadi fokus kebijakan dan program nyata untuk kemajuan Tgk Dayah:
-
Insentif Tetap dan Tunjangan Kesejahteraan
Pemerintah dapat mengalokasikan anggaran khusus untuk insentif tetap bulanan bagi Tgk Dayah aktif. Sama seperti guru dan tenaga kesehatan, mereka layak mendapatkan jaminan kesehatan, pensiun, dan tunjangan profesi berbasis rekognisi pengalaman. -
Beasiswa Pendidikan dan Pelatihan Digital
Untuk memperkuat kapasitas Tgk Dayah menghadapi tantangan zaman, dibutuhkan program pelatihan rutin seperti manajemen pendidikan, literasi digital, kewirausahaan pesantren, dan moderasi beragama. Beasiswa lanjut studi S2/S3 bagi Tgk Dayah juga perlu diperluas. -
Revitalisasi Infrastruktur Dayah
Banyak dayah masih minim fasilitas belajar, sanitasi, hingga ruang tidur santri yang layak. Pemerintah harus menginisiasi program revitalisasi berbasis pemetaan kebutuhan dayah secara komprehensif, bukan sekadar bantuan proyek rutin. -
Pendanaan Mandiri dan Ekonomi Dayah
Pemerintah bisa mendorong pembentukan koperasi syariah dayah, program wakaf produktif, dan pelatihan ekonomi kreatif berbasis pesantren. Model ini tak hanya meningkatkan kesejahteraan Tgk Dayah, tapi juga mendorong kemandirian ekonomi pesantren. -
Inklusi Tgk Dayah dalam Pengambilan Kebijakan
Selama ini banyak kebijakan pendidikan keagamaan tidak melibatkan Tgk Dayah sebagai stakeholder utama. Pemerintah perlu membentuk forum resmi kemitraan ulama-dayah untuk menjadi mitra strategis dalam penyusunan dan pengawasan kebijakan.
Menuju Aceh Beradab dan Sejahtera
Dayah adalah akar yang menegakkan pohon peradaban Aceh. Jika akarnya dibiarkan kering, maka batang dan daun Aceh akan rapuh diterpa zaman. Oleh karena itu, kesejahteraan Tgk Dayah bukanlah bentuk belas kasihan, tapi investasi strategis bagi masa depan.
Tahun 2026 harus menjadi tahun transisi dari pendekatan seremonial ke pendekatan substansial. Pemerintah harus melihat Tgk Dayah sebagai mitra transformasi, bukan sekadar penjaga tradisi. Kolaborasi yang kuat antara negara dan ulama akan menjadi fondasi bagi Aceh yang lebih adil, damai, dan maju.