Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Sejarah Menanti Keberanian dan Kekompakan Generasi Milenial untuk Parlemen

Minggu, 13 April 2025 | 00:32 WIB Last Updated 2025-04-12T17:32:28Z

Sejarah Menanti Keberanian dan Kekompakan Generasi Milenial untuk Parlemen

Oleh: Azhari 

Dalam perjalanan sejarah Aceh, tanah ini telah menyaksikan perjuangan luar biasa dari pemuda-pemudi yang berani melawan penjajah, mempertahankan tanah airnya, dan menuntut hak-hak rakyat. Tapi di tengah gemuruh zaman yang semakin kompleks ini, muncul sebuah pertanyaan yang harus dijawab dengan nyata oleh generasi muda Aceh: Apakah mereka akan tetap diam dan menjadi penonton dalam dinamika politik yang tak berpihak kepada rakyat, atau mereka akan bangkit dan berjuang untuk membawa perubahan nyata?

Di tanah Aceh yang kaya akan sejarah perjuangan, kehadiran generasi muda seharusnya menjadi penanda kebangkitan baru dalam dunia politik, khususnya dalam parlemen. Akan tetapi, kenyataannya, banyak dari mereka yang memilih jalan mudah, menghindari politik, dan menjauh dari ruang-ruang pengambilan keputusan. Apakah ini berarti mereka memilih untuk menyerah pada sistem yang telah lama terstruktur, ataukah ini hanya bagian dari kebisuan yang disebabkan oleh rasa pesimis terhadap masa depan politik Aceh?

Politik Aceh yang Terjebak pada Keabadian Sistem Oligarki

Di Aceh, seperti halnya di banyak daerah lainnya, politik saat ini masih sangat bergantung pada jaringan kekuasaan yang terbentuk oleh kaum elit yang sudah ada. Hubungan patronase yang kuat antara pemimpin politik dan pengusaha serta koalisi partai politik yang mengedepankan kepentingan tertentu, menjadikan generasi muda seringkali teralienasi dari proses politik yang sebenarnya. Generasi muda sering kali merasa tak berdaya dan terpinggirkan dalam dunia politik yang dikuasai oleh orang-orang yang lebih tua dan lebih berkuasa.

Tantangan besar bagi generasi milenial adalah untuk tidak jatuh dalam jebakan politik transaksional yang hanya memperburuk ketidakadilan. Bagaimana mereka bisa mengubah sistem jika hanya mengikuti arus? Bagaimana mereka bisa memperjuangkan keadilan bagi rakyat jika yang ada di pikiran mereka hanyalah bagaimana bisa bertahan dalam sistem yang sudah mapan? Inilah yang harus menjadi tantangan utama yang harus mereka hadapi.

Berani Melangkah: Menyingsingkan Lengan dan Masuk Sistem

Kendati peran media sosial sebagai alat perubahan sudah tidak bisa dianggap sepele, namun sesungguhnya perubahan yang sesungguhnya hanya akan terjadi jika generasi muda berani masuk langsung ke dalam sistem politik, baik sebagai anggota legislatif, eksekutif, maupun dalam gerakan sosial yang mendorong perubahan kebijakan. Tidak cukup hanya berteriak dari luar, pemuda harus hadir dan berada di dalam ruang-ruang pengambilan keputusan yang penting.

Jika kita melihat lebih dalam, banyak di antara pemuda Aceh yang memiliki kualitas yang sangat baik dalam hal pendidikan dan keterampilan. Mereka mampu berpikir kritis, berpendidikan tinggi, dan memiliki keinginan besar untuk mengabdi kepada masyarakat. Akan tetapi, banyak dari mereka yang merasa bahwa ruang politik terlalu kotor, penuh intrik, dan penuh dengan pembodohan yang dilakukan oleh para pemimpin yang sudah mapan. Hal ini menyebabkan mereka memilih untuk menjauh dan memilih berkarir di sektor lain yang dianggap lebih bersih.

Namun, ini adalah saatnya untuk pemuda Aceh bertanya kepada dirinya sendiri: jika bukan kita, siapa lagi yang akan mengubah sistem yang ada? Jika kita terus berdiam diri, siapa yang akan memperjuangkan hak-hak rakyat yang semakin terlupakan?

Kekompakan Pemuda: Modal Utama untuk Mengalahkan Oligarki

Sebagai generasi milenial yang dipenuhi dengan potensi dan semangat, kekompakan menjadi modal utama untuk mengubah wajah politik Aceh. Politik oligarki yang selama ini menguasai Aceh hanya dapat dilawan jika generasi muda bekerja secara kolektif, bersatu dalam satu tujuan yang jelas: membawa perubahan yang berpihak pada rakyat, bukan pada elit-elit politik yang sudah mapan.

Di dalam partai politik, jika generasi muda hanya datang dengan tujuan untuk mencari posisi atau kekuasaan pribadi, maka mereka hanya akan menjadi bagian dari sistem yang lebih besar yang tidak berpihak pada rakyat. Sebaliknya, jika mereka datang dengan tujuan yang lebih luhur—yakni memperjuangkan hak-hak rakyat, membangun Aceh dengan semangat gotong royong—maka mereka akan mendapatkan dukungan dari rakyat.

Solidaritas dan kerja sama antara pemuda-pemuda Aceh akan menjadi senjata utama. Dengan mendirikan jaringan politik baru yang lebih transparan dan lebih terbuka bagi rakyat, pemuda Aceh bisa menjadi kekuatan yang mengubah arah politik Aceh ke masa depan yang lebih baik.

Berdiri Gagah: Pemuda Aceh dan Tugas Sejarah

Generasi muda Aceh, yang lahir dan tumbuh dalam situasi damai pasca-konflik, memiliki tugas yang sangat berat. Tugas mereka bukan hanya untuk melanjutkan perjuangan yang sudah ada, tetapi untuk menulis sejarah mereka sendiri. Mereka harus menggali kembali semangat juang yang ada dalam darah mereka, menyalakan kembali api keberanian untuk memperjuangkan keadilan sosial dan politik yang berpihak kepada rakyat.

Keberanian dan kekompakan mereka akan diuji di ruang-ruang parlemen, di hadapan rakyat Aceh yang semakin jenuh dengan politik yang tidak menguntungkan mereka. Pemuda Aceh harus menjadi pemimpin yang tidak hanya memikirkan karier politik, tetapi lebih dari itu—pemimpin yang berpikir untuk rakyat, bukan untuk diri sendiri.

Menjemput Sejarah: Tidak Ada Waktu untuk Menunggu

Tidak ada waktu untuk terus berdiam diri. Waktu untuk menunggu para elit memperbaiki sistem sudah habis. Generasi muda harus bertindak sekarang, masuk ke dalam sistem, dan menjadi bagian dari perubahan yang sedang dinantikan rakyat Aceh. Jika mereka terus menunggu dan tidak bergerak, maka masa depan politik Aceh akan tetap berada di tangan mereka yang tidak peduli pada rakyat.

Pemuda Aceh memiliki kesempatan emas untuk merancang masa depan yang lebih baik. Dengan keberanian untuk menentang arus, dengan kekompakan untuk bekerja bersama, mereka bisa membawa Aceh pada babak baru yang lebih adil dan merata.

Karena sejarah tidak akan menunggu. Sejarah hanya akan mencatat mereka yang berani menjemput dan menulisnya. Dan kini saatnya bagi generasi muda Aceh untuk berdiri gagah, menulis sejarah mereka sendiri, dan menulis masa depan Aceh yang lebih cerah.