Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Wasiat Terakhir Seorang Ayah: Menanam Nilai Islami di Tengah Tantangan Zaman

Selasa, 08 April 2025 | 01:04 WIB Last Updated 2025-04-08T05:16:01Z




Oleh: Azhari 

Dalam Islam, wasiat adalah salah satu bentuk amal jariyah yang bernilai tinggi. Ia bukan sekadar pesan sebelum kematian, tetapi bekal hidup yang tak lekang oleh zaman. Wasiat ayah kepada anak-anaknya menjadi bagian dari sunnah para nabi, sebagaimana Nabi Ya’qub mewasiatkan tauhid kepada anak-anaknya sebelum wafat:

"Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu..." (QS. Al-Baqarah: 133)

Wasiat seperti itu seharusnya menjadi tradisi keluarga muslim—menanamkan akidah, akhlak, dan arah hidup, bukan sekadar menyiapkan harta warisan. Di tengah era digital yang menggoda anak-anak dengan dunia instan dan gemerlap, peran ayah sebagai pendidik spiritual dan pemimpin keluarga sangat krusial.


Pendidikan Dimulai dari Wasiat

Sayangnya, sebagian besar keluarga modern hari ini sibuk dengan materi dan lupa pada nilai. Banyak ayah yang merasa tugasnya hanya mencari nafkah, padahal nafkah batin berupa ilmu dan keteladanan jauh lebih penting untuk masa depan anak.

Sekolah bisa memberi ilmu pengetahuan, tapi keteguhan iman dan akhlak hanya bisa ditanamkan di rumah. Wasiat ayah menjadi momen sakral untuk:

  • Menanamkan tanggung jawab agama: salat, jujur, amanah.
  • Menegaskan hubungan dengan ibu dan keluarga.
  • Memberikan visi hidup jangka panjang, bukan hanya karier dunia.

Tantangan Keluarga Muslim di Era Digital

Hari ini, anak lebih banyak melihat tokoh idola dari YouTube ketimbang mendengar cerita nabi dari mulut ayahnya. Di sinilah peran wasiat sebagai kristalisasi nilai sangat penting. Ia harus terus hidup, tidak hanya saat menjelang wafat, tapi sepanjang hidup ayah dalam mendidik.

Jika tidak, maka generasi yang tumbuh akan kehilangan arah. Mereka tahu cara mendapatkan uang, tapi tidak tahu untuk apa uang itu digunakan. Mereka tahu bagaimana menjadi viral, tapi tidak tahu bagaimana menjadi bertanggung jawab di hadapan Allah.


Gagasan untuk Membangun Tradisi Wasiat dalam Keluarga Muslim

  1. Revitalisasi peran ayah sebagai pendidik utama
    Ayah harus hadir bukan hanya fisik, tapi juga secara spiritual dan emosional dalam kehidupan anak-anak.

  2. Menulis wasiat sebagai tradisi keluarga
    Biasakan ayah untuk menulis wasiat nilai, bukan hanya harta. Bisa berupa surat, video, atau bahkan percakapan menjelang tidur.

  3. Membangun forum keluarga Islami
    Menghidupkan halaqah keluarga, tempat ayah dan ibu berbagi nilai-nilai keislaman dengan anak-anak.

  4. Memasukkan pendidikan wasiat dan peran orang tua dalam kurikulum parenting Islami
    Pesantren, dayah, dan lembaga dakwah bisa mulai mengangkat tema ini dalam khutbah dan ceramah mereka.


Penutup: Wasiat Adalah Dakwah Terakhir Seorang Ayah

Jika seorang ayah tidak sempat membangun rumah megah untuk anaknya, setidaknya ia sempat menanamkan nilai luhur yang akan menjadi pelita hidup. Wasiat terakhir seorang ayah bisa menjadi titik balik kehidupan anak—menjadi pengingat bahwa dunia ini fana, dan hidup ini harus dijalani dengan iman dan tanggung jawab.

Sebagaimana Imam Syafi’i berkata, "Ilmu itu adalah warisan terbaik yang bisa ditinggalkan seorang ayah untuk anaknya."

Dan mungkin, di akhir hayatnya, seorang ayah tak banyak berkata-kata. Tapi dalam bisikannya, ia menitipkan dunia, dan akhirat, kepada anaknya. Wasiat itu bukan hanya kata—tapi amanah.